Pekanbaru, (Antarariau.com) - Greenpeace selaku organisasi pecinta lingkungan internasional merilis empat film berkisah tentang perjuangan sejumlah orang dalam menjaga lingkungan dan memutarnya di berbagai daerah di Riau sebagai wujud sosialisasi pentingnya keutuhan lingkungan.
"Empat film itu mengisahkan perjuangan penyelamatan lingkungan di empat lokasi kegiatan. Yang pertama tentang perjuangan masyarakat di Pulau Bangka, Sulawesi Utara untuk menjaga ekosistem laut," kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace, Rusmadya kepada Antara di Pekanbaru lewat telekomunikasi, Kamis siang.
Kemudian film kedua, lanjut kata dia, yakni berkisah tentang komuntas adat Suiutik, Kabupaten Kapua Sulu, Kalimantan Barat yang menjaga kelestarian hutan dengan kearifan lokal, namun mereka justru tidak bisa menikmati fasilitas seperti listrik.
Film ketiga adalah kisah tentang Irawan, seseorang yang tergabung dalam Komunitas Kali Ciliwung, Bogor, yang bersedia melestarikan Sungai Ciliwung dan membebaskannya dari akktivitas limbah.
"Terakhir adalah film yang bercerita tentang perjuangan seorang ibu, Rusmedi Lumban. Dia menjadi pelopor perempuan adat dalam mempertahankan Hutan Kemenyan di Komunitas Adat Pandumaan, Sumatera Utara," katanya.
Empat film pendek "Silent Heroes" oleh Greenpeace tersebut, kata dia, sebelumnya telah diputar di Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, dengan disaksikan sejumlah kalangan masyarakat termasuk pelajar.
"Kami mengharapkan film tersebut akan menginspirasi masyarakat dan perusahaan pengelola hutan untuk dapat tetap menjaga kelestarian hutan," katanya.
Terkait pemulihan kehutanan, sejumlah perusahaan di Riau juga telah ambil bagian dengan menjalankan program Kementerian Kehutanan terkait restorasi ekosistem.
Salah satu perusahaan yang menjalankan program tersebut adalah PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), sebuah perusahaan kehutanan yang bergerak pada industri kertas dan bubur kertas, beroperasi di Kabupaten Pelalawan, Riau.
Grup APRIL ini memasuki babak baru dalam pengelolaan hutan dimana perusahaan ini telah menyuarakan moratorium dan menyerahkannya kepada Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Jakarta.
APRIL menetapkan Restorasi Ekosistem Riau, sebuah program dengan jangka waktu 10 tahun senilai 17 juta dolar AS.
"Kebijakan ini melampaui komitmen yang pernah kami buat sebelumnya dan Stakeholder Advisory Committee akan memastikan kebijakan tersebut akan dilakukan secara transparan," kata Praveen Singhavi, Presiden APRIL.
Berita Lainnya
Film "Melodylan" berkisah tentang lika-liku perjalanan cinta remaja
02 April 2019 9:39 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB