PBB (ANTARA) - Penderitaan di tengah krisis Gaza menyentuh level yang belum pernah dicapai sebelumnya seiring orang-orang terus mengalami kelaparan di sepanjang jalur tersebut, ungkap badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (9/6).
"Banyak yang terpaksa mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencari makanan, di tengah semakin banyak laporan tentang orang-orang yang terbunuh dan terluka di dekat lokasi distribusi non-PBB," kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA).
Sebuah rumah sakit lapangan Komite Palang Merah Internasional di Rafah barat melaporkan kedatangan 29 korban, dengan delapan di antaranya telah tewas.
Hampir semua korban mengalami luka akibat ledakan bom, sementara dua orang lainnya dirawat akibat luka tembak, kata badan PBB itu.
"PBB menegaskan bahwa warga sipil harus selalu dilindungi," kata OCHA.
Kantor tersebut mengatakan bahwa stok bahan bakar di Gaza sangat rendah, menambah tekanan terhadap layanan-layanan penting dan operasi kemanusiaan.
Pada akhir pekan, sekitar 260.000 liter bahan bakar dijarah di Gaza utara. Sebelumnya, PBB telah berulang kali mencoba menjangkau stok bahan bakar itu untuk mengambilnya. Namun, otoritas Israel menolak upaya-upaya itu.
Kantor tersebut mengatakan bahwa sejak pertengahan Mei, misi untuk mengambil bahan bakar telah ditolak oleh otoritas Israel sebanyak 14 kali.
Upaya kemanusiaan untuk menjangkau pasokan bahan bakar di Rafah di Gaza selatan juga terus ditolak. Badan dunia itu memperingatkan bahwa jika tidak ada solusi yang didapatkan dalam beberapa hari ke depan, maka seluruh operasi bantuan akan terhenti.
OCHA mengatakan bahwa sejak otoritas Israel mengizinkan bantuan dalam jumlah terbatas untuk masuk ke Gaza pada 19 Mei, PBB dan para mitranya hanya berhasil mendapatkan sekitar 4.600 metrik ton tepung terigu dari perlintasan perbatasan Kerem Shalom/Karem Abu Salem.
"Sebagian besar (pasokan) dirampas oleh orang-orang yang putus asa dan kelaparan sebelum sampai di tempat tujuan," kata kantor itu.
"Dalam beberapa kasus, stok dijarah oleh gerombolan bersenjata."
Kantor tersebut mengatakan bahwa serangan terhadap aset-aset dan personel kemanusiaan tidak boleh ditoleransi. Israel, sebagai pelaku pendudukan, memikul tanggung jawab atas ketertiban dan keamanan publik di Gaza, termasuk mengizinkan masuknya jauh lebih banyak pasokan esensial melalui berbagai perlintasan dan rute guna memenuhi kebutuhan kemanusiaan dan membantu mengurangi penjarahan.
Kerem Shalom merupakan satu-satunya pos pemeriksaan bantuan yang dibuka untuk PBB dan para mitranya.
Badan PBB itu mengatakan bahwa para mitranya yang bergerak di bidang ketahanan pangan di Gaza memperkirakan bahwa antara 8.000 hingga 10.000 metrik ton tepung terigu diperlukan untuk menjangkau semua keluarga di seluruh jalur tersebut guna meringankan tekanan di pasar dan mengurangi keputusasaan di samping beragam pasokan makanan lainnya.
"Aliran bantuan yang berkelanjutan dan tidak dibatasi ke Gaza harus dilanjutkan sesegera mungkin," kata kantor itu.
OCHA menyebutkan bahwa selama akhir pekan, tidak ada misi yang berhasil mendapatkan pasokan dari satu-satunya perlintasan karena otoritas Israel menutupnya pada Jumat (6/6) dan Sabtu (7/6).
Badan kemanusiaan itu mengatakan bahwa mereka terus menghadapi hambatan besar dalam menyalurkan bantuan.
"Hambatan-hambatan tersebut meliputi rute-rute yang sangat berbahaya, kurangnya jumlah pengemudi yang dapat dipercaya, dan penundaan, di mana tim harus menunggu, sering kali selama berjam-jam, hingga aktivitas militer berhenti sejenak demi keselamatan mereka dan untuk mendapatkan lampu hijau dari otoritas Israel agar dapat melanjutkan perjalanan, dan juga keraguan para pengemudi truk untuk beroperasi di tengah situasi yang tidak menentu seperti saat ini," papar OCHA.
Di Tepi Barat, OCHA mengatakan bahwa pasukan Israel melanjutkan operasi di bagian utara selama sepekan terakhir, menghancurkan jalan-jalan dan mengganggu akses warga Palestina ke layanan-layanan esensial.
"PBB dan mitra-mitra kemanusiaannya terus merespons, termasuk dengan memberikan bantuan air, sanitasi, dan kebersihan kepada puluhan ribu warga Palestina yang telantar di Tepi Barat bagian utara," tutur OCHA.
Baca juga: Menlu RI Sugiono: Cegat kapal Madleen ke Gaza, Israel langgar hukum internasional
Baca juga: Amerika Serikat memveto draf Resolusi DK PBB tentang gencatan senjata di Gaza