Harga beras naik Rp1.000 per kilogram di Pekanbaru, SPHP kosong

id beras,harga

Harga beras naik Rp1.000 per kilogram di Pekanbaru, SPHP kosong

Pekerja memasukkan gabah yang telah dikeringkan ke dalam karung di pabrik penggililngan beras SamKarya, Aceh Besar, Aceh, Selasa (3/6/2025). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/tom. (ANTARA FOTO/IRWANSYAH PUTRA)

Pekanbaru (ANTARA) - Sejumlah warga Pekanbaru mengeluhkan adanya kenaikan harga beras sudah hampir sebulan terakhir sebesar Rp1.000 per kilogram. Awalnya harga beras di ecer

Rp16.000 per kilogram kini menjadi Rp17.000 per kilogram untuk kualitas premium.

Sorta (35) th mengaku kini juga kesulitan memperoleh beras SPHP yang digelontorkan Bulog di wilayahnya,sehingga dengan kenaikan harga beras membuat biaya pengeluaran keluarga membengkak.

Ia biasanya membeli beras SPHP yang di ecer di Toko Pangan Kita (TPK) seharga Rp65.000 per karung kemasan 5 kg atau setara Rp13.000 per kilogram, namun kini harus membeli beras merek Belida Rp154.000 kemasan 10 kg harga grosir, yang jika dibeli eceran bisa berkisar Rp16.000-17.000 di warung -warung.

"Kalau beras SPHP cuma Rp130.000 kemasan 10 kg, saya kini harus beli Belida seharga Rp154.000 dengan kemasan 10 kg,jauh sekali bedanya" kata Sorta di Pekanbaru, Rabu.

Ia berharap pemerintah kembali salurkanSPHP karena lebih murah dan kualitasnya bagus, cocok buat kantong keluarga yang pendapatannya pas-pasan.

"Saya mendengar SPHP tidak di jual lagi, saya harap maunya diedarkan lagi sama pemerintah," kata dia.

Ahan toko glosir di Jalan Darma Bhakti juga mengakui bahwa kenaikan harga beras sudah terjadi hamper sebulan lalu, kenaikan harga per karung nya berkisar Rp7.000 untuk kemasan 10 kg dengan kualitas premium.

Sementara itu Pemimpin Wilayah Perum Bulog Riau dan Kepri Ismed Erlando saat dihubungi Antara melalui seluler mengakui secara umum memang ada kenaikan harga beras di beberapa daerah i wilayah kerjanya.

"Hal ini dikarenakan seiring dengan mulai berakhirnya panen raya padi petani," katanya.

Namun ia menilai kenaikan masih aman tidak bergejolak disebabkan pasokan beras masih masuk dari sentra penghasil di luar provinsi Riau melalui para pedagang.

"Kenaikan tersebut masih dalam batas wajar," urai nya.

Terkait penghentian penyaluran SPHP ia membenarkan itu sesuai arahan pemerintah pusat dan memang berlaku di seluruh Indonesia,bukan hanya di Riau.

"Kami dari Bulog saat ini memang belum melakukan operasi pasar besar dengan menggunakan beras cadangan pemerintah, karena memang belum ada perintah dari pemerintah dalam hal ini Badan Pangan Nasional," terangnya.

Akan tetapi melalui bidang komersil Bulog melakukan bazar di beberapa tempat dengan menjual beras premium yang kami miliki.

"Beras premium yang kami miliki, juga kami salurkan ke Rumah Pangan Kita dan kios-kios mitra kami dengan harga yang jauh dari harga pasaran dengan tujuan membantu masyarakat untuk mendapatkan harga pangan terutama beras dengan harga yang wajar," tutupnya.