Pasukan Gajah "Blusukan" di Tesso Nilo

id pasukan gajah, blusukan di, tesso nilo

Pasukan Gajah "Blusukan" di Tesso Nilo

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pasukan yang terdiri atas enam ekor gajah Sumatera jinak berpatroli di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau, selama 14 hari.

"Pasukan ini merupakan gabungan dari pemerintah, pelaku usaha, dan aktivis lingkungan. Jadi, gajah-gajah ini dikerahkan, istilahnya blusukan di kawasan Tesso Nilo untuk mengamankan area, sosialisasi ke masyarakat, serta memetakan dan mengidentifikasi kondisi terkini Tesso Nilo," kata Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Tandia Tjahjana di Pekanbaru, Sabtu.

Menurut dia, hasil pemetaan dan identifikasi kondisi terkini itu untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan kawasan setempat.

Ia mengatakan patroli bersama tersebut melibatkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau dan Balai TN Tesso Nilo sebagai koordinator.

Sedangkan pasukan gajah yang dikerahkan berasal dari Tim "Flying Squad" dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), WWF dan Yayasan TNTN, yang masing-masing menurunkan dua ekor gajah. "Kami juga berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk melakukan pengawasan," katanya.

Pasukan gajah jinak beserta pawang (mahout) mulai melakukan patroli sejak tanggal 20 Agustus lalu selama 14 hari kedepan. Mereka berkeliling di kawasan hutan alam, hutan tanaman industri hingga ke areal yang rusak akibat perambahan.

Tandia berharap kolaborasi antara pemangku kebijakan bisa diperkuat untuk menjaga kawasan konservasi tersebut. Sebab, ia mengatakan Balai TN Tesso Nilo hingga kini masih kekurangan sumber daya manusia untuk mengawasi taman nasional yang luasnya sekitar 83 ribu hektare yang berada di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.

Tesso Nilo juga menjadi habitat asli beragam flora dan satwa, khususnya Gajah Sumatera (elephas maximus sumatranus) yang merupakan satwa langka yang dilindungi. Di sisi lain, ribuan hektare kawasan tersebut kini rusak akibat perambahan dan alih fungsi lahan untuk permukiman dan kebun kelapa sawit.

"Kolaborasi bersama ini sangat penting sekali untuk konservasi Tesso Nilo, karena kita tidak bisa saling menyalahkan satu sama lain," katanya.

Secara terpisah, Presiden Direktur PT RAPP Kusnan Rahmin menjelaskan bahwa perusahaan selama ini memiliki enam gajah terlatih dalam tim "Elephant Flying Squad" (EFS). Ia menjelaskan, tim ini bertugas berpatroli guna memitigasi konflik, mendata gajah liar, sosialisasi perlindungan satwa liar kepada masyarakat, dan mencegah perburuan satwa liar.

"Tim Patroli yang terdiri dari pawang terlatih, tenaga medis, dan gajah jinak dilengkapi peralatan pendukung untuk mengoptimalkan tugas," kata Kusnan.

Ia mengatakan RAPP juga memandang penting bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Riau dan Yayasan Pelestarian Alam dan Satwa (PALS), yang merupakan mitra lembaga konservasi dunia Wildlife Conservation Society (WCS) untuk memberi pelatihan mitigasi konflik manusia dengan satwa liar kepada masyarakat dan staf operasional RAPP.

"Untuk mendukung mitigasi konflik ini, kami juga telah membentuk Lembaga Konservasi Desa," ujarnya.

Menurut dia, RAPP telah memiliki protokol mitigasi konflik satwa liar dengan manusia sehingga pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas staf RAPP, mencari informasi terbaru dari para ilmuwan/pakar serta berbagi pengalaman tentang penanganan konflik.

Pihaknya menerapkan praktik terbaik pengelolaan hutan lestari yang memisahkan areal yang berfungsi untuk konservasi dengan mengacu pada kajian hutan bernilai konservasi tinggi (high conservation value forest).

"Perusahaan melindungi hutan alam koridor lintasan satwa dan mengembangkan pola penanaman mosaik untuk menjaga wilayah jelajah satwa liar serta membatasi gerak pemburu liar di kawasan hutan yang tidak dikelola," katanya.

Pewarta :
Editor: Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2014

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.