Pekanbaru, 20/8 (Antara) - Sebanyak 200-an peserta terdiri atas 50-an pemateri yang terlibat aktif dalam seminar internasional yang mengkaji isu ekologi global tentang perubahan iklim menerbitkan empat prinsip pokok.
"Prinsip pokok pertama adalah, perlu adanya kesadaran bahwa setiap kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup akan sangat mempengaruhi kualitas dan pola hidup penduduk di masa datang itu," kata Dr. Ir. H. Deni Efizon, M.Sc, sebagai steering committee, di Pekanbaru, Rabu.
Menurut Deni, dalam kegiatan " 7th international seminar on ecology, human habitat and environmental change in the Malay world" --yang digelar 19-20 Agustus 2014-- itu maka seluruh pihak terkait Kita perlu memperkirakan pada perencanaan awal suatu pembangunan yang akan dilaksanakan.
Sebab, kata Deni, masih menyampaikan kesimpulan seminar, bahwa dengan cara demikian maka dapat dipersiapkan pencegahan maupun penanggulangan dampak negatifnya serta mengupayakannya dalam bentuk pengembangan positif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan tersebut.
"Prinsip kedua, adalah memandang bahwa lingkungan alam merupakan prasyarat pokok mengapa dan bagaimana caranya pembangunan itu diselenggarakan. Jika pelaksanaannya sesuai dengan program yang telah dijalankan, maka orientasi untuk menjaga lingkungan semesta pun akan bisa terwujud,"katanya.
Namun sebaliknya, katanya lagi, jika pembangunan dilakukan hanya digunakan untuk mencapai tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi semata, maka hal itu akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup serius, seperti pencemaran air, tanah dan udara.
Untuk prinsip ketiga, perlu dipahami bahwa ekologi dan habitat manusia di dunia Melayu sering disebut sebagai lingkungan yang senantiasa mengalami perubahan.
"Tekanan yang ada terhadap lingkungan, akibat pertumbuhan dan perkembangan habitat manusia sejak dulu hingga sekarang bukan hanya mengancam kelestariannya, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup manusia dan lingkungan yang perlu dilakukan penanganan dari berbagai aspek dan pendekatan multidisiplin dan transdisiplin keilmuan," katanya.
Prinsip terakhir, adalah bahwa keberadaan lingkungan pada hakekatnya mesti dijaga dari kerusakan yang parah. Sebab, katanya dan menambahkan, bahwa suatu kehidupan lingkungan akan sangat tergantung pada ekosistemnya. Oleh karena itu, masyarakat secara terus-menerus harus didorong untuk mencintai, memelihara dan bertanggungjawab
terhadap kerusakan lingkungan. Sebab untuk menjaga semuanya itu tidak ada lagi yang bisa dimintai pertanggungjawaban kecuali manusia sebagai pemakai/pengguna itu sendiri.
"Kerusakan suatu lingkungan akan berakibat pada manusia itu sendiri, dan demikian pula sebaliknya. Lingkungan merupakan unsur penentu dari kehidupan mendatang,"katanya.
Dalam upaya mewujudkan suatu wilayah di alam melayu yang bersahabat dan bermartabat maka dirasa perlu dilakukan penanganan lingkungan dengan berbagai cara dan pendekatan, baik itu secara langsung melalui implementasi kebijakan Pemerintah Pusat dan Daerah serta peningkatan pengetahuan sumberdaya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan,
penelitian dan pelibatan dalam berbagai seminar secara nasional maupun internasional.
Seminar Internasional Ke 7 ini merupakan lanjutan seminar Antarabangsa ke 6 yang dilaksanakan di Bangi, Malaysia Tahun 2013 lalu. Hal ini merupakan salah satu wujud dari kerjasama (MoU) antara Universitas Riau dengan Universiti Kebangsaan Malaysia, yang ditindaklanjuti dengan seminar tahunan yang dilaksanakan bergantian di Indonesia dan Malaysia.