Pekanbaru (ANTARA) - Forest Stewardship Council (FSC), organisasi nonpemerintah internasional yang berfokus pada pengelolaan hutan berkelanjutan, berkomitmen membantu Provinsi Riau mengatasi degradasi hutan melalui kebijakan remediasi.
Upaya ini diharapkan mendukung Riau menjadi pusat budaya Melayu dengan ekonomi maju dan lingkungan yang terjaga.
FSC Remedy Framework diyakini menjadi solusi yang ditawarkan untuk mengatasi kerusakan lingkungan.
Kebijakan ini melibatkan pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan akademisi dalam proses remediasi, yang meliputi perlindungan minimal 20 persen kawasan hutan yang dikelola serta audit dan konsultasi publik secara berkala.
Direktur FSC Indonesia, Hartono Prabowo menjelaskan bahwa framework ini dirancang untuk memulihkan ekosistem lingkungan dan sosial akibat praktik yang tidak berkelanjutan.
"FSC menyediakan sistem yang teruji untuk remediasi, dengan fokus pada dialog dan kesepakatan bersama pemangku kepentingan,” ungkapnya.
Deputy Director Pusat Sains Kelapa Sawit Instiper, Dr. Agus Setyarso menekankan pentingnya remediasi bagi masyarakat lokal dan kelestarian hutan.
"Kerusakan hutan di Riau perlu diperbaiki. Jika ada pihak yang bersedia memperbaiki, kenapa tidak?,” katanya.
Senada dengan itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Dr. Meyzi Heriyanto, menggarisbawahi perlunya pengelolaan lingkungan yang melibatkan semua pihak demi kesejahteraan bersama.
"Tantangan utama adalah menjaga Riau tetap berada di jalur pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan,” ujarnya.