Hamilton, Kanada (ANTARA) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis (5/12) menyatakan eskalasi baru-baru ini dalam krisis Suriah merupakan "buah pahit dari kegagalan kolektif kronis atas upaya de-eskalasi sebelumnya."
Berbicara dalam konferensi pers di markas besar PBB di New York, Guterres mengecam dimulainya kembali konflik, termasuk serangan terbaru oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah kelompok yang dikenai sanksi oleh Dewan Keamanan.
Serangan ini menyebabkan perubahan signifikan di garis depan dan menempatkan puluhan ribu warga sipil dalam bahaya langsung "di kawasan yang sudah terjebak dalam konflik."
"Kita menyaksikan buah pahit dari kegagalan kolektif kronis upaya de-eskalasi sebelumnya dalam menciptakan gencatan senjata nasional yang nyata atau proses politik serius untuk menerapkan resolusi Dewan Keamanan," ujar Guterres.
Dia mendesak semua pihak untuk secara konstruktif bekerja sama dengan Utusan Khusus PBB Geir Pedersen guna mengembangkan resolusi inklusif dan komprehensif, sesuai dengan Resolusi 2254 Dewan Keamanan, yang menetapkan peta jalan untuk proses perdamaian yang dipimpin oleh rakyat Suriah.
"Dengan kata lain, mengembalikan kedaulatan, kesatuan, independensi, dan integritas wilayah Suriah serta memenuhi aspirasi sah rakyat Suriah," tambahnya.
Merefleksikan signifikansi historis Suriah, Guterres mengatakan, "Suriah adalah persimpangan peradaban. Sangat menyakitkan melihat negara itu semakin terpecah belah."
Mengacu pada pengalamannya sebagai Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Guterres mengenang kedermawanan rakyat Suriah yang pernah menerima pengungsi Irak ke dalam komunitas mereka tanpa mendirikan kamp.
"Hati saya hancur melihat penderitaan mereka yang semakin bertambah, seiring dengan meningkatnya ancaman terhadap keamanan regional, bahkan internasional," katanya.
Guterres menyerukan tindakan mendesak untuk mengakhiri pertumpahan darah dan melindungi warga sipil, sesuai dengan hukum internasional.
Dia juga mengimbau para pelaku global yang memiliki pengaruh atas konflik ini "untuk mengambil peran demi rakyat Suriah yang telah lama menderita."
Kelompok bersenjata anti-rezim di Suriah baru-baru ini merebut Hama dalam serangan mereka, mengambil alih pusat kota, memperkuat kendali, dan memaksa pasukan rezim mundur dari kota tersebut.
Sebelumnya pada 30 November, kelompok anti-rezim merebut sebagian besar Aleppo tengah setelah melakukan serangan cepat dari wilayah pedesaan baratnya.
Kelompok tersebut juga menguasai kota Khan Shaykhun, sehingga hampir seluruh wilayah provinsi Idlib kini berada di bawah kendali mereka.
Sementara itu, Tentara Nasional Suriah oposisi meluncurkan Operasi Fajar Kebebasan terhadap kelompok teroris PKK/YPG pada 1 Desember, membebaskan kota Tel Rifaat.
Sumber: Anadolu