Pekanbaru, (Antarariau.com) - Seorang pemerhati lingkungan hidup Universitas Riau (UNRI) menyatakan, Kementerian Kehutanan (Kemhut) harus minta tanggung jawab lembaga nonpemerintah World Wildlife Fun for Nature (WWF) terkait pengelolaan di Taman Nasional Tesso Nilo.
"Pemerintah pusat melalui Kemhut harus bisa minta pertangungjawabannya kan, jadi diminta pertangung jawaban ke WWF selama 10 tahun di Tesso Nilo," ujar pemerhati lingkungan hidup UNRI, Tengku Ariful Amri di Pekanbaru, Rabu.
Walau lembaga nonpemerintah tersebut telah bekerja sekitar 10 tahun di Taman Nasional Tesso Nilo, namun menurutnya, belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan diharapkan karena semakin marak perambahan liar untuk tanaman sawit di kawasan itu.
Seperti diketahui, awalnya luas Taman Nasional Tesso Nilo 38.576 ha berdasarkan surat keputusan menhut No. 255/Menhut-II/2004. Lewat inisiatif WWF, kawasan tersebut diperluas menjadi 83.068 ha dengan memasukkan areal hutan produksi terbatas disisinya.
Keputusan itu dituangkan dalam Surat Keputusan No. 663/Menhut-II/2009, kemudian Taman Nasional Tesso Nilo dikelola secara kolaboratif antara Kementerian Kehutanan khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan WWF.
Berdasarkan analisis citra landsat tahun 2012 menunjukkan hutan alam di Taman Nasional Tesso Nilo sudah hilang sekitar 64 persen, sementara pada areal perluasan hutan produksi terbatas hancur akibat aksi perambahan liar telah mencapai 83 persen.
"Harus ditarik permasalahan itu secara proporsional. Pemerintah punya tanggung jawab penuh terhadap Tesso Nilo sesuai dengan aspek perundang-undangan, apakah hutan lindung, cagar biosfer atau lain sebagainya," ucapnya.
Ariful yang juga merupakan Direktur Rona Lingkungan Hidup UNRI mengatakan, pemerintah harus melihat seberapa besar peran dari instansi terkait seperti Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan lain sebagainya.
"Tentunya bukan WWF semata yang punya tanggung jawab di Tesso Nilo, tetapi semua pemangku kepentingan terutama di Kementerian Kehutanan," jelasnya.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pada Mei 2014 menyampaikan rasa kekecewaannya dengan pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo di Riau yang dilakukan oleh organisasi World Wildlife Fund karena cagar alam tersebut telah dirambah para petani sawit.
"Pengelolaan Tesso Nilo oleh WWF saya akui kurang berhasil. Cagar alam ini kan rumahnya berbagai satwa seperti beruang, gajah Sumatera malah dirusak dan ditanami sawit juga. Sudah 50.000 hektare yang dirambah. Sekarang saya tertibkan semua," ucapnya.
Tesso Nilo dikenal sebagai habitat beraneka ragam jenis satwa liar yang langka seperti Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), berbagai jenis Primata, 114 jenis burung, 50 jenis ikan, 33 jenis herpetofauna dan 644 jenis kumbang.
Berita Lainnya
Menpan Abdullah Azwar Anas minta birokrasi harus berdampak turunkan stunting
01 August 2023 16:25 WIB
Plt Menkominfo Mahfud MD minta KPI Pusat & TVRI harus tetap teguh promosikan transparansi
23 June 2023 13:43 WIB
Anggota KPU RI minta pemilih muda harus aktif dan kritis
31 May 2023 16:40 WIB
Usai dikritik, Gubernur Lampung minta kualitas jalan harus tahan lama
18 April 2023 4:49 WIB
Bupati Meranti minta musrenbang harus mengacu 7 program strategis
06 March 2023 20:41 WIB
Wagub Riau minta Pemkab/kota harus intensifkan edukasi cegah pernikahan dini
27 December 2022 20:06 WIB
Muhaimin minta Laksamana Yudo harus buat langkah inovatif bagi kemajuan TNI
14 December 2022 11:42 WIB
Menkopolhukam Mahfud MD minta KAHMI harus jadi teladan demokrasi berkeadaban di Tanah Air
25 November 2022 9:59 WIB