RS Jiwa Tampan giatkan sosialisasi terima pasien sembuh pulang

id RSJ Tampan Pekanbaru

RS Jiwa Tampan giatkan sosialisasi terima pasien sembuh pulang

Direktur RS Jiwa Tampan Zainal Arifin saat menerima kunjungan Ketua Tim PKK Riau Ny Suti Mulyati Edy S.Ked, di RSJ Tampan, JL HR Subrantas, baru baru ini. ANTARA/Frislidia.

Pekanbaru (ANTARA) - Manajemen Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Pekanbaru dalam berbagai kesempatan terus menggiatkan sosialisasi kepada masyarakat, keluarga agar bisa menerima dengan mudah pasienrehabilitan Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) yang dinyatakan sembuh.

"Sosialisasi sering kita giatkan, sebab kendala dalam memulangkan pasien OGDJ yang sembuh (90 persen) itu adanya stigma masyarakat, beban atau aib bagi keluarga serta faktor ekonomi," kata Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Tampan Pekanbaru, Zainal Arifin di Pekanbaru, Sabtu.

Menurut Zainal, pasein yang sudah kooperatif dan dinyatakan sembuh seharusnya sudah bisa kembali ke keluarganya. Peran keluarga justru sangat membantu pasien untuk bisa kembali normal dengan mengingatkan dan membantu mereka tetap memakan obat sesuai resep dokter. Jika rehabilitan tetap meminum obat maka mereka bisa tenang.

Akan tetapi, katanya, kini masih ada rehabilitan yang "terlantar" di RSJ Tampan karena belum dijemput keluarga. Jika masih tinggal di RSJ Tampan dikhawatirkan mereka bisa kembali kambuh.

"Karena itu kita tetap berupaya mengirim mereka untuk tinggal di penampungan sementara seperti yang sudah dikirim ke Panti Laras awal 2024 sebanyak 14 orang, panti Werda 8 orang dan 12 ke tempat penampungan swasta di Pekanbaru," katanya.

Ia menyebutkan untuk status kependudukan rehabilitan ada yang bisa diketahui ada yang tidak bisa, saat iris mata dilakukan maka tempat asal mereka bisa diketahui seperti dari Aceh, Sumbar, Bengkulu dan NTT. Sedangkan pemulangan mereka ke daerah asal masing masing bekerja sama dengan Dinas Sosial setempat.

Selain itu, katanya lagi, pihaknya mengupayakan pasien ODGJ yang masih menjalani perawatan untuk mendapatkan KTP guna memperoleh layanan kesehatan program JKN-KIS.

Ny Gubernur Riau Suti Mulyati Edy SKed sebelumnya mengatakan kesehatan jiwa merupakan salah satu dari 10 program pokok Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Ia mengatakan, PKK sebagai mitra pemerintah memiliki peran yang luar biasa, termasuk menjaga kesehatan jiwa memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyebab gangguan jiwa. Sebab PKK sebagai agen informasi dan pembangunan.

"Karena itu anggota PKK dapat juga melaporkan jika menemui masyarakat yang mengalami gangguan jiwa kepada RT/RW setempat sehingga pasien bisa berkonsultasi ke ahlinya atau jika perlu segera dirawat di RS Jiwa agar bisa segera mendapatkan penanganan," katanya.

Ia menekankan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja namun orang tua juga penting menjaga kesehatan jiwa pada anak anak. Penggunaan hp berlebihan bisa memicu ketergantungan dan berdampak kepada ketidakstabilan emosi anak.