Manama (ANTARA) - Pertukaran sandera antara kelompok perjuangan Palestina Hamas dengan Israel untuk menghentikan permusuhan dan mengakhiri perang Israel-Hamas di Jalur Gaza diserukan oleh Putra mahkota Bahrain pada Jumat (17/11).
Pangeran Salman bin Hamad Al Khalifa juga mengatakan keamanan tidak akan terwujud tanpa solusi dua-negara.
Menurut dia, Amerika Serikat sebagai unsur yang "sangat diperlukan" untuk mencapainya.
"Ini adalah waktu untuk berbicara terbuka,” kata dia.
Dia mendesak Hamas untuk membebaskan perempuan dan anak-anak Israel yang disandera di Gaza.
Sedangkan Israel, sebagai imbalannya, membebaskan perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara yang disebutnya bukanlah pejuang .
"Tujuannya adalah untuk menghentikan ini sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar, menguburkan jenazah, melakukan upacara kedukaan, dan mungkin mereka dapat merenung tentang kegagalan intelijen yang menyebabkan krisis ini terjadi," kata dia.
Negara lainnya di kawasan Teluk Arab, Qatar, telah memimpin upaya mediasi antara kelompok Hamas dan pejabat Israel untuk pembebasan lebih dari 240 sandera.
Bahrain yang diperintah penguasa Sunni telah menjalin hubungan dengan Israel pada 2020 di bawah Perjanjian Abraham yang ditengahi AS, sebagian didorong oleh keprihatinan bersama atas kekuatan regional Iran yang mayoritas penduduknya Syiah.
Bahrain adalah mitra keamanan penting Amerika Serikat yang menjadi tuan rumah bagi pangkalan Armada Kelima Angkatan Laut AS.
Parlemen Bahrain pada November mengatakan di tengah kemarahan dunia Arab atas pemboman Israel di Gaza, terungkap bahwa duta besar Israel telah meninggalkan negara itu dan Dubes Bahrain juga meninggalkan Israel, meskipun masih belum jelas apakah diplomat Israel tersebut diusir.
Pangeran Salman menjelaskan situasi di Gaza "tidak dapat ditoleransi" serta mengutuk baik Hamas atas serangannya pada 7 Oktober, maupun Israel atas "serangan udara" yang dilancarkan sebagai balasan dari serangan tersebut.
Dia menguraikan apa yang diucapkannya sebagai garis merah dalam konflik tersebut, termasuk pemindahan paksa warga Palestina "sekarang atau selamanya", serta pendudukan kembali Israel di Gaza, dan ancaman militer dari Gaza terhadap Israel.
Pangeran Salman, berbicara di Dialog IISS Manama, juga menyerukan agar pemilihan umum Palestina digelar setelah perang berakhir, yang akan mengarah kepada “perdamaian yang adil dan abadi” yang digambarkan sebagai pembentukan negara Palestina.
Baca juga: Sheikh Sudais tekankan persatuan umat Islam untuk dukung rakyat Palestina
Baca juga: Layanan komunikasi dan internet di Gaza putus total akibat kehabisan bahan bakar
Sumber: Reuters