Jakarta (ANTARA) - Pelaku industri kayu gergajian dan kayu olahan nasional siap mengintensifkan pasar negara-negara Asia sebagai upaya mengantisipasi merosotnya pasar ekspor di kawasan Eropa dan Amerika.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia atau Indonesian Sawmill and Woodworking Association (ISWA) Wiradadi Soeprayogo mengatakan, perekonomian global yang mengalami turbulensi dan ketidakpastian berdampak pada ekspor kayu olahan dan kayu gergajian nasional.
"Hal ini berdampak negatif terhadap usaha industri anggota ISWA yang sebagian besar produk industrinya berorientasi ekspor," ujarnya di Jakarta, Jumat.
Pada 2022, katanya lagi, nilai ekspor produk kayu olahan dan kayu gergajian mencapai 2,4 miliar dolar AS, namun pada 2023 hingga saat ini mengalami penurunan sebesar 13 persen.
Untuk itu, Wiradadi yang baru terpilih sebagai Ketua Umum ISWA periode 2023-2028 melalui Munas VII ISWA di Jakarta pada 26 Oktober 2023, mengatakan, sejumlah negara Asia yang dilirik untuk pasar ekspor kayu olahan dan kayu gergajian Indonesia yakni Jepang dan China.
Namun demikian, katanya lagi, untuk menembus pasar ekspor ke depan sejumlah hal harus dipersiapkan terutama menghadapi isu-isu tentang lingkungan hidup seperti perubahan iklim, efek gas rumah kaca, dan lain-lain yang semakin terasa dampaknya.
"Maka green economy, green industry, perdagangan karbon, program hilirisasi, dan lain-lain merupakan suatu keniscayaan. Dan itu semua memerlukan tambahan biaya investasi," katanya pula.
Itu semua, ujarnya lagi, menyiratkan bahwa kebutuhan bahan baku kayu bulat (log) tidak sekadar memenuhi kuantitasnya saja, tetapi terlebih penting adalah mengedepankan kualitasnya.
Begitu pula di industrinya harus diupayakan untuk menghasilkan berbagai produk yang nirlimbah (zero waste), ujar Wiradadi, sehingga untuk itu, maka sentuhan (treatment) teknologi menjadi suatu keniscayaan, baik di hulu maupun di hilir.
Menurut dia, tantangan eksternal dan internal tersebut tidak mungkin dapat diatasi oleh ISWA sendiri, namun diperlukan kolaborasi inklusif dengan para pihak yang berkaitan, yaitu antara pemerintah, perguruan tinggi, organisasi profesi, dan industri.
Baca juga: Industri Berbahan Kayu Di Kepulauan Meranti Lesu
Baca juga: MEA Potensi Industri Bubur Kayu Indonesia
Berita Lainnya
Lemkapi minta seluruh kapolda bantu Kementan untuk capai swasembada pangan
27 April 2024 16:32 WIB
Nicholas Saputra mengaku belajar banyak dari serial "Secret Ingredient"
27 April 2024 16:03 WIB
LPAI serukan pemerintah blokir gim daring yang mengandung unsur kekerasan
27 April 2024 15:50 WIB
Ganda putri Lanny/Ribka gandakan keunggulan Indonesia atas Hong Kong
27 April 2024 15:40 WIB
Oppo A60 hadir dengan Snapdragon 680 dan kamera utama 50 MP
27 April 2024 15:33 WIB
Tim SAR perluas pencarian penumpang yang jatuh dari KMP Reinna
27 April 2024 15:27 WIB
Anies Baswedan hormati langkah PKB dan NasDem gabung koalisi Prabowo-Gibran
27 April 2024 15:14 WIB
Houthi akui anggotanya serang kapal tanker Inggris dan tembak jatuh drone AS
27 April 2024 15:07 WIB