MEA Potensi Industri Bubur Kayu Indonesia

id mea potensi, industri bubur, kayu indonesia

MEA Potensi Industri Bubur Kayu Indonesia

Singapura (Antarariau.com) - Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan menjadi potensi bagi industri bubur kayu dan kertas Indonesia untuk memperluas jangkauan pasar yang tentunya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi.

"Ketika banyak sektor kewalahan, produsen bubur kayu dan kertas Indonesia justru mengintip peluang dengan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai 2015. Dukungan pemerintah lewat regulasi yang ramah pun sangat dibutuhkan," kata Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin kepada pers di Singapura, Kamis (4/12).

Ia menyatakan ASEAN bersama Tiongkok adalah pasar yang terus berkembang selain Afrika untuk produk bubur kayu dan kertas dan berlakunya MEA meningkatkan potensi Indonesia untuk memperbesar pangsa pasar di kawasan.

"Indonesia memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif yang sulit ditandingi oleh negara produsen lain," kata Kusnan saat berdialog dengan peserta RGE journalist workshop di Singapura.

Pemberlakuan MEA akan menghilangkan hambatan tarif di negara-negara ASEAN dan hal itu akan menyetarakan persaingan antar negara. Indonesia katanya lagi, telah lama menerapkan bea masuk 0 persen untuk produk bubur kayu dan kertas ketika negara lain justru memberlakukan bea masuk yang tinggi.

Indonesia mengekspor 5,6 miliar dolar AS produk bubur kayu dan kertas ke berbagai negara pada tahun 2013 lalu.

Tiongkok, Asia dan Afrika, katanya, diprediksi masih akan mendominasi permintaan bubur kayu jenis bleach hardwood kraft pulp (BHKP) tahun-tahun mendatang dengan pertumbuhan masing- masing 7,7 persen dan 2,2 persen, ketika permintaan secara global justru melorot.

"Demikian juga untuk permintaan kertas untuk jenis uncoated wood free dimana kawasan itu berkontribusi sebesar 57 persen pada tahun 2013," katanya.

Kusnan memaparkan, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif termasuk iklim yang membuat tanaman bahan baku bisa dipanen dalam waktu 5-6 tahun ketika pada negara sub tropis butuh 25-30 tahun.

Di sisi lain, lannjutnya, Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hutan yang bisa dioptimalkan. Saat ini luas areal hutan tanaman Indonesia yang telah dialokasikan pemerintah sekitar 10 juta hektare. Luas tersebut jauh di bawah hutan produksi yang dicadangkan seluas 74 juta hektare dan total luas hutan Indonesia yang mencapi 133 juta hektare.

Indonesia kata dia juga memiliki SDM unggul dan menguasai teknologi terbaru yang efisien untuk produksi bubur kayu dan kertas. Secara geografis, Indonesia juga diuntungkan karena sangat dekat dengan pasar.

Kusnan mengatakan, pelaku industri butuh regulasi yang mendukung dari pemerintah yang diharap bisa membantu dalam menghadapi kampanye hitam yang kerap digencarkan terutama dari LSM asing. "Kami tak meminta regulasi yang terlalu berpihak, tapi setidaknya netral sehingga industri pulp dan kertas bisa berkembang," katanya.

Dia juga menyatakan, pihaknya pun terbuka dengan masukan dari berbagai pihak termasuk LSM terkait pengelolaan hutan dan selalu siap untuk berdiskusi terkait pengelolaan hutan lestari.

Kapasitas RAPP untuk pulp 2,8 juta ton dan 820.000 ton kertas. Sumber bahan baku berasal dari konsesi hutan tanaman yang secara mandiri dikelola dan perusahaan mitra yang menjadi pemasok jangka panjang dengan luas 480.000 hektare.

Sustainability Director RAPP Petrus Gunarso menjelaskan pihaknya menerapkan pendekatan bentang alam untuk pengelolaan hutan. Berdasarkan pendekatan tersebut, hutan tanaman dikembangkan pada areal yang tidak produktif sementara hutan alam bernilai konservasi tinggi dipertahankan. Pada konsesi yang izinnya diterbitkan secara resmi oleh pemerintah itu juga terdapat areal yang dikelola bermasa masyarakat.

"Saat ini kami telah mengonservasi tak kurang dari 250.000 hektare. sementara 70.000 hektare lainnya ditanam tanaman kehidupan bersama masyarakat," katanya.

Berdasarkan kebijakan pengelolaan hutan lestari yang dicanangkan RAPP yang merupakan grup APRIL akan meningkatkan luas areal konservasi dengan perbandingan 1:1 dengan luas areal hutan tanaman, atau setara dengan 480.000 hektare. Petrus menambahkan pihaknya menerapkan teknologi ekohidro untuk pencegahan kebakaran hutan di lahan gambut dan mengalokasikan dana hingga 6 juta dolar AS tahun ini untuk pencegahan kebakaran.