Kampar (ANTARA) - Sebanyak 42 persen pelaku industri kelapa sawit nasional dikuasai petani kelapa sawit Indonesia, namun terdapat ketimpangan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan.
Terkait permasalahan tersebut, program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) terutama jalur kemitraan menjadi salah satu kunci agar industri yang menopang perekonomian Indonesia ini dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi kesejahteraan bangsa.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian RI Andi Nur Alamsyah di Kampar, Senin, mengkhawatirkan kondisi ini dapat mengancam keberlangsungan produktivitas kelapa sawit Indonesia apabila tidak ada perubahan.
"Produktivitas sawit nasional baru mencapai 3-4 juta ton per hektare setara CPO. Jika tidak ada terobosan dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit, maka masa depan industri kelapa sawit Indonesia akan terancam,” sebutnya.
Maka pemerintahan dan pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berkolaborasi melakukan kick off tanam perdana percepatan PSR jalur kemitraan binaannya.
Andi menjelaskan, Peraturan Presiden RI nomor 3 tahun 2022 yang mengakomodir PSR melalui jalur kemitraan di samping jalur dinas merupakan bukti langkah serius pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas sawit nasional.
“Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit ini bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budidaya, akses pasar dan pemetaan kepada para petani binaannya,” harap Andi.
Di tempat yang sama, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman menyatakan bahwa program PSR yang telah bergulir sejak tahun 2016 telah memberikan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit petani, namun belum berjalan dengan optimal.
Untuk itu terlibatnya peran perusahaan sebagai bapak asuh diharapkan dapat menyukseskan target PSR yakni 500 ribu hektare per tiga tahun atau sekitar 1800 hektare per tahun.
“Sejak 2016 hingga Agustus tahun ini, BPDPKS telah menyalurkan dana PSR sebesar 8,8 Triliun dan tahun ini telah melakukan PSR lebih dari 1700 ribu hektar yang terdiri dari tujuh proposal PSR kemitraan,” Jelas Eddy.
Saat ini terdapat 17 proposal PSR kemitraan yang sedang pihaknya kaji dan dengan capaian implementasi PSR. Ia yakin dapat memenuhi target 500 ribu hektare.
Senada, Ketua Umum GAPKI Eddy Martono menyatakan pentingnya tata kelola berkelanjutan serta program PSR oleh petani.
Menurut Eddy, peningkatan produksi kelapa sawit nasional sangatlah penting mengingat dalam lima tahun terakhir produksi sawit nasional mengalami stagnansi sedangkan permintaan atau konsumsi terus meningkat.
Ia mengaku pihaknya amat serius dengan program PSR jalur kemitraan ini. Seluruh anggota GAPKI berkomitmen untuk menjalankan program PSR
“Program ini selain untuk meremajakan tanaman petani yang sudah tua, juga membantu para petani untuk dapat melakukan tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sehingga sebagai hasil akhirnya adalah peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit," pungkasnya.