Pekanbaru, (Antarariau.com) - Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin meminta agar aparat keamanan melakukan pengusutan tuntas untuk menangkap pelaku dugaan pembunuhan Gajah Sumatera, terkait ditemukannya tulang belulang satwa langka itu di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
"Kami turut prihatin atas peristiwa tersebut dan berharap dapat dilakukan penyelidikan penyebab kematian gajah ini dan menangkap pelakunya. Perusahaan juga sudah melaporkan temuan tersebut kepada pihak terkait," kata Kusnan, di Pekanbaru, Jumat.
Ditegaskannya, RAPP sangat berkomitmen dengan pelestarian habitat Gajah dan itu terbukti dengan pembentukan unit Elephant Flying Squad (EFS) sebagai konservasi Gajah liar di luar kawasan lindung.
"Saat ini ada enam ekor Gajah dewasa dan Gajah muda yang dipelihara dan berkembang biak di Elephant Flying Squad RAPP," kata Kusnan.
RAPP telah bekerjasama dengan Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) Riau dan Yayasan Pelestarian Alam dan Satwa (PALS), mitra lembaga konservasi dunia Wildlife Conservation Society (WCS), untuk memberi pelatihan mitigasi konflik manusia dengan satwa liar kepada staf operasional RAPP.
Pelatihan-pelatihan terkait mitigasi konflik manusia dengan satwa liar akan terus dikembangkan, termasuk dengan melibatkan masyarakat di sekitar areal konsesi perusahaan.
"Sebagai upaya mendukung mitigasi konflik, RAPP juga telah membentuk Lembaga Konservasi Desa yang salah satu tujuannya adalah untuk mitigasi konflik dengan satwa liar," kata dia.
Menurut Kusnan, RAPP sejatinya telah memiliki protokol mitigasi konflik satwa liar dengan manusia.
Pelatihan yang digelar perusahaan ditargetkan bisa meningkatkan kapasitas staf RAPP, memperbaharui informasi tentang konflik dari para pakar dan ilmuwan serta berbagai pengalaman penanganan konflik.
Kusnan menambahkan, pihaknya menerapkan praktik terbaik pengelolaan hutan lestari. Dalam implementasinya, RAPP memisahkan areal yang berfungsi sebagai konservasi pada konsesinya dengan mengacu kajian hutan bernilai konservasi tinggi (high conservation value forest).
"Kami juga menjaga koridor satwa dan mengembangkan pola penanaman mosaik untuk menjaga wilayah jelajah satwa liar," kata dia.
Praktik pengelolaan hutan lestari juga akan membatasi gerak pemburu liar yang bebas beroperasi pada kawasan hutan terbuka yang tidak dikelola.