CIFOR luncurkan publikasi pencegahan kebakaran dan restorasi gambut berbasis masyarakat

id CIFOR, pencegahan, kebakaran, gambut

CIFOR luncurkan publikasi pencegahan kebakaran dan restorasi gambut berbasis masyarakat

Launching empat publikasi/buku pencegahan kebakaran dan restorasi lahan gambut berbasis masyarakat (Dari kiri ke kanan: Dyah Puspitaloka (CIFOR-ICRAF), Ahmad Muhammad (PSB UNRI), Besta Junandi (Sedagho Siak), Herry Purnomo (CIFOR-ICRAF), Harris Gunawan (Universitas Riau). (ANTARA/HO-CIFOR)

Siak (ANTARA) - Centre for International Forest Research (CIFOR), Pusat Studi Bencana Universitas Riau, dan Konsorsium Non Goverment Organization di Kabupaten Siak yakni Sodagho Siak mengembangkan dan meluncurkan toolbox yang terdiri dari empat publikasi pencegahan kebakaran dan restorasi lahan gambut berbasis masyarakat.

Para pihak tersebut memfasilitasi pengembangan model pencegahan kebakaran berbasis masyarakat di Kampung Kayu Ara Permai dan Penyengat, Kabupaten Siak dengan dukungan dari Temasek Foundation dan Singapore Cooperation Enterprise.

Pengembangan model ini merupakan bagian dari penelitian aksi partisipatif yang telahdilakukan sejak tahun 2021 di Siak dan merupakan perluasan dari penelitian serupa di Bengkalis pada tahun 2018-2020. Penelitian ini merupakan bagian dari program besar yang bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan jangka panjang restorasi gambut melalui

perubahan perilaku masyarakat dalam penyiapan lahan tanpa bakar.

"Model yang telah diinisiasi menunjukkan potensi pengelolaan gambut berkelanjutan melalui pemilihan komoditas dan penerapan praktik ramah gambut. Kami bertujuan untuk mentransfer temuan dan pengetahuan kepada pemangku kepentingan lainnya untuk perluasan lebih lanjut," Senior scientist CIFOR-ICRAF Prof. Herry Purnomo, Rabu (30/8).

Herry Purnomo menjelaskan mengenai salah satu buku diluncurkan dengan judul “Augmented participatory action research in the digital age“. Secara umum, buku ini menjelaskan bagaimana riset aksi partisipatif dapat memadukan antara riset dan aksi.

Dikatakannya terdapat empat tahapan dalam riset aksi ini. Pertama Refleksi dan co-elevation merupakan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan peneliti untuk memahamisituasi di tingkat tapak dengan memanfaatkan teknologi digital. Setelah melakukan refleksi, masyarakat dan peneliti akan bersama-sama memiliki peningkatan pemahaman terhadap situasi yang terjadi

Kedua Co-creation and planning. Setelah memahami kondisi di lapangan, peneliti dan masyarakat merencanakan bersama-sama aktivitas yang akan dilakukan di tingkat tapak termasuk pengembangan model bisnis.

Ketiga Connected actions di mana masyarakat bersama dengan peneliti mengimplementasikan model bisnis yang dimulai dengan penyiapan lahan tanpa bakar, pelatihan budidaya komoditas, rewetting, dan revegetation. Pada fase ini masyarakat dan peneliti melakukan eksperimen mulai dari pengembangan komoditasnya hingga penjualan produknya ke pasar;

Keempat Co-monitoring and learning dijelaskan oleh Besta Junandi Nduru dari Sedagho Siak tentang buku yang diluncurkan dengan judul “Pembelaharan dari Aksi Restorasi Gambut Berbasis Masyarakat di Indonesia dan Asia Tenggara “. Buku ini merupakan pengalaman dan pembelajaran berbagai stakeholder dari lapangan terkait pengelolaan gambut berbasis masyarakat.

Dalam sesi ini juga diikuti Dyah Puspitaloka, MSF (Research officer CIFOR-ICRAF), Ahmad Muhammad, M.Si (PSB UNRI) dan dimoderatori oleh Dr. Harris Gunawan dari Universitas Riau.

Ahmad Muhammad dari PSB UNRI juga menyatakan bahwa penting untuk memberikan alternatif bagi masyarakat agar tidak membakar baik itu dalam penyiapan dan pembersihan lahan melalui pengembangan kapasitas dan dukungan berbagai pihak.

Dyah Puspitaloka yang merupakan peneliti CIFOR-ICRAF juga menyatakan bahwa buku ini dirancang khusus bagi NGO, Private stakeholder, dan pemerintah yang mendampingi masyarakat agar bisa mendorong pencegahan kebakaran hutan untuk lebih partisipatif melibatkan masyarakat.