Angka harapan hidup laki-laki lebih rendah dibadingkan perempuan akibat polutan berbahaya

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara

Angka harapan hidup laki-laki lebih rendah dibadingkan perempuan akibat polutan berbahaya

Wardoyo (kiri) ketika hadir dalam rangkaian acara Hari Keluarga Nasional 2023 di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (5/7/2023). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti.)

Palembang (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa angka harapan hidup kebanyakan laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan akibat terlalu sering terpapar polutan berbahaya.

“Tidak hanya ke depan, sekarang sudah terjadi. Jadi angka harapan hidup perempuan lebih panjang karena angka risiko kematian lebih banyak pada laki laki,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Palembang, Sumatera Selatan, Rabu.

Hasto menuturkan polutan pertama yang banyak mengenai laki-laki berasal dari kebiasaan buruk sehari-harinya yakni merokok. Sebanyak 48 persen laki-laki di Indonesia diketahui telah menjadi perokok.

Berdasarkan hasil kajian yang sudah banyak dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, merokok dapat menyebabkan penggunanya mengalami penyakit paru-paru kronis, merusak gigi dan menyebabkan bau mulut, berpotensi menimbulkan stroke atau serangan jantung.

Selain rokok, dikarenakan laki-laki berperan sebagai kepala rumah tangga yang perlu mencari nafkah, beberapa di antaranya memilih untuk bekerja di lapangan yang terpapar oleh senyawa atau zat berbahaya.

“Contohnya yang bertani di lapangan dan bergelut dengan pestisida. Banyak laki-laki juga (yang jadi petani), jadi memang sebetulnya kami (laki-laki) banyak terpapar polutan,” ucapnya.

Di samping aspek kesehatan, Hasto menilai angka harapan hidup laki-laki lebih rendah karena adanya risiko kematian yang lebih besar. Risiko itu bisa datang dari perilaku sosial seperti mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan hingga mengalami tabrakan, berkelahi ataupun mempunyai hobi unik seperti memanjat tebing atau pohon.

Menurutnya, hal ini pula yang menyebabkan ketika Indonesia memasuki masa penuaan penduduk, negara akan dipenuhi oleh lansia yang didominasi oleh perempuan dan mulai adanya fenomena dimana banyak perempuan menjadi kepala rumah tangga.

“Akhirnya ini banyak juga (perempuan) yang belum produktif karena pendidikannya rendah, ekonominya rendah sehingga mendekati 2045, kita harus menghadapi ageing population (penuaan penduduk). Hati-hati,” katanya.

Baca juga: Peserta KB pria di Riau capai 32.272 orang

Baca juga: BKKBN Sumut dan BKKBN Riau tingkatkan penjaringan akseptor wilayah perbatasan