Jakarta (ANTARA) - Perancang busana Ria Miranda mengatakan konsumennya menyukai busana yang nyaman dan loose atau model pakaian dengan potongan cukup longgar sehingga terkesan simpel untuk dikenakan saat Ramadhan.
"Mereka suka sesuatu yang nyaman, lebih loose ketika Ramadhan, enggak mau terlalu banyak styling. Ingin kaftan saja tetapi full payet, lebih ke sederhana, banyak polosan," ujar pemilik jenama RiaMiranda itu di Jakarta, Kamis (16/3).
Ria mengatakan, tetap mengikuti tren busana di luaran sana dan mengadaptasinya ke dalam koleksi Lebaran. Dia juga banyak berbincang langsung dengan konsumennya di berbagai wilayah untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan mereka.
"Kami tetap mengikuti tren yang ada di luar sana, tetapi mengadaptasi ke koleksi Lebaran ini kami lebih banyak survei ke customer. Kemarin aku ke luar kota sekalian ngobrol sama customer, maunya apa, kebutuhannya apa," kata dia.
Ria mengatakan, tahun ini ingin mencoba keluar dari zona nyamannya, yang identik dengan warna-warna pastel. Untuk itu, dia mencoba warna-warna seperti oranye seperti yang dia tampilkan dalam annual show Desember tahun lalu. Sisi idealis pun Ria coba sedikit longgarkan.
"Biasanya kami sangat nyaman dengan warna-warna pastel, tahun ini kita coba oranye, warna-warna yang lebih keluar. Karena sudah 13 tahun, kami masih di comfort zone, ini sudah saatnya aku punya tim di balik ini semua, mendengar mereka," kata dia.
Ria belum lama ini mengeluarkan koleksi bertajuk "SANGSATA" yang terinspirasi dari perjalanannya ke ranah Minangkabau beberapa waktu lalu. Kata SANGSATA diambil dari nama benang emas yang digunakan untuk menenun songket.
Dia menggabungkan berbagai keindahan Indonesia yakni aliran sungai dan cakupan budaya etnis Minang di Riau, Jambi dan Mukomuko dengan ciri khas pada motif songket yang menjadi sebuah inspirasi.
Ria menggunakan material busana berupa premium satin dof, silky satin, lace, hingga katun untuk kreasi dress, atasan, bawahan dan koleksi sarimbit dalam koleksi itu.
"Dua koleksi, untuk reguler itu full prints semua dengan detail kecil seperti pleats, lace, tetapi untuk signature full polosan semua dengan permainan details, embroidery," jelas dia.
Ria dikenal sebagai sosok perancang yang mengangkat budaya Minangkabau dalam karyanya dan tahun ini memasuki satu dekade. Dia mengatakan, mempertahankan lebih sulit ketimbang membuat sesuatu yang baru dan ini menjadi tantangan untuknya.
"Bisa konsisten itu challenge-nya. Brand tepat di 13 tahun ini, yang 'Minang Heritage' 10 tahun, mempertahankan community juga. Aku sadar kita besar karena community, jadi kita harus me-maintain itu. Setiap minggu aku beneran pergi ke luar kota untuk bisa ketemu mereka, merangkul, membuat event," demikian ujar Ria.
Baca juga: Sandiaga Uno sebut perlu sinergi dan inovasi untuk mendorong busana Muslim mendunia
Baca juga: Inspirasi di balik karya desainer muda Eugene, hingga apresiasinya terhadap APR