Pekanbaru (ANTARA) - Program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) untuk penguatan karakter butuh dukungan dari ekosistem pendidikan.
Hal ini terungkap dalam Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) penguatan karakter, bersama ekosistem pendidikan sebagai upaya dalam menggelorakan profil pelajar Pancasila, inklusivitas dan kebinekaan, serta penuntasan isu tiga dosa besar pendidikan, yang digelar di Pekanbaru, Senin.
Kepala Puspeka Rusprita Putri Utami menyampaikan bahwa penguatan karakter merupakan ruh dari pendidikan Indonesia yang tidak terbatas pada kompetensi intelektual.
"Untuk menjadikan Indonesia semakin hebat, penguatan karakter di lingkungan pendidikan, membutuhkan kolaborasi dan gotong-royong semua lapisan ekosistem pendidikan, mulai dari satuan pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, keluarga, dan masyarakat," kata Rusprita saat membuka kegiatan DKT di Pekanbaru, Senin.
Kata dia, generasi bangsa harus memiliki pengetahuan dan pemahaman intelektual, disertai karakter yang kuat berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Melalui DKT ini, Rusprita berharap seluruh lapisan ekosistem pendidikan akan dapat mengimbaskan, implementasi materi penguatan karakter kepada satuan pendidikan yang ada di bawah kewenangan dinas pendidikan, dan juga kepada masyarakat luas. Sementara itu, di level kebijakan teknis, pemerintah daerah diharapkan mempunyai aturan terkait penguatan karakter.
“Tidak hanya itu, daerah juga kita minta untuk melakukan sosialisasi dan kolaborasi program dengan komunitas terutama mengenai implementasi penguatan karakter," imbuh Rusprita.
Lebih lanjut disampaikan Rusprita, tujuan utama kegiatan DKT Penguatan Karakter bersama Ekosistem Pendidikan adalah untuk menyebarluaskan materi-materi penguatan karakter sekaligus melakukan survei implementasi penguatan karakter, baik di satuan pendidikan maupun di lingkungan masyarakat.
“Melalui kegiatan ini, harapannya Puspeka dapat memperluas sasaran penyebaran kebijakan, program, dan konten yang kemudian dapat bergerak bersama untuk aktif membumikan Pancasila dan penguatan karakter," tutur Rusprita.
Kepala SMP Negeri 5 Kandis, Yeni Irdayati, mengatakan bahwa sekolahnya telah melaksanakan praktik baik penguatan karakter dalam kegiatan sehari-hari siswa. Menurutnya, proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), budaya, dan pembiasaan di sekolah.
“Program karakter di sekolah kami diberi nama Pemanis Cendekia yaitu Pelajar SMA N 5 Kandis Cerdas, Energik, Kritis, Inovatif, dan Agamis. Selain itu ada juga beberapa program penguatan karakter yang sudah kami laksanakan termasuk program Roots Anti Perundungan. Pada intinya, kami berusaha menanamkan nilai-nilai karakter di setiap kegiatan sekolah,” terang Yeni.
Sementara itu, Pembina Komunitas Tuli Lancang Kuning, Santi Setyaningrum, memandang penting implementasi penguatan karakter khususnya bagi penyandang disabilitas seperti penguatan karakter terkait pemahaman toleransi dan keberagaman yang faktanya mampu meningkatkan kepercayaan diri para penyandang disabilitas.
“Dengan adanya penguatan karakter terkait pemahaman toleransi dan keberagaman inilah yang membuat masyarakat non-tuli, disabilitas, dan teman tuli saling berbaur tanpa memandang keterbatasannya,” ucap Santi.