Pekanbaru, 28/11 (antarariau.com) - Seorang tokoh Melayu Riau mengingatkan pasangan Herman Abdullah-Agus Widayat untuk menerima hasil pemilihan gubernur (Pilgub) Riau putaran kedua dan menempatkan pasangan Annas Maamun-Arsyadjuliandi Rachman lebih unggul.
"Sebenarnya tidak ada masalah, jika Herman dapat menerima hasil Pilgub Riau putaran kedua dengan lapang dada sampai pleno dilakukan KPU Riau. Jika tidak, baru menjadi masalah," ujar tokoh Melayu Riau Tenas Effendi di Pekanbau, Kamis.
Pada Rabu (27/11), tahapan pemungutan suara Pilgub Riau putaran kedua dilangsungkan untuk memilih pasangan nomor urut 1 Herman Abdullah-Agus Widayat (Hebat) dan pasangan nomor urut 2 Annas Maamun-Arsyadjuliandi Rachman (Aman).
Berdasarkan hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei seperti Indo Barometer menyatakan, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Riau Aman meraih suara terbanyak dengan 59,91 persen, sedangkan pasangan Hebat hanya mendapat 40,09 persen.
Menurut Tenas, menang atau kalah dalam sebuah persaingan adalah hal yang wajar dan jika kalah harus berbesar hati serta menerima kekalahan. Kalau menang, harus merangkul kandidat yang kalah untuk bersama-sama membangun Riau.
Setelah diumumkan hasil survei hitung cepat pilgub Riau putaran kedua, maka mulai merebak isu gugatan yang bakal diajukan Hebat. Seharusnya, Hebat mengingat janji yang telah diucapkan bersama siap menang da siap kalah.
"Kita hanya menyarankan. Jika ada masalah, harus diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat. Dulu ada ikrar bersama, kalah menang siap. Kalau kita kembali ke ucapan itu, Insya Allah tidak ada masalah lagi," katanya.
"Kita mengharapkan hasil ke depannya bagus, sebab kita semua bersaudara. Jadi kalau yang sudah tu, sudahlah. Mari berpikir membangun Riau secara bersama-sama. Jika dapat terwujud, merupakan suatu keberkahan bagi Riau," ucapnya lagi.
Terkait pemilih golongan putih (golput) yang jadpi pemenang, Tenas mengatakan bahwa kondisi itu merupakan kelemahan dalam pembelajaran politik bagi masyarakat yang menginginkan seorang pemimpin tersebut harus bagus.
"Pembelajaran politik bagi masyarakat harus bagus dari berbagai sisi, termasuk dari tingkah polah pemimpin dan jajaran yang tidak baik membuat masyarakat antipatif dan enggan menggunakan hak pilih," tegasnya.
Lembaga survey Indo Barometer menyatakan, hasil hitung cepat (quick count) menunjukkan partisipasi pemilih pada pilgub Riau putaran kedua menurun dibandingkan putaran pertama.
"Partisipasi pemilih di pilgub Riau putaran kedua hanya sebesar 55,39 persen atau turun dibandingkan putaran pertama sebesar 61,31 persen," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari.