Dari sawit bisa tercipta gula merah dan lidi

id sawit,Olahan sawit

Dari sawit bisa tercipta gula merah dan lidi

Kerajinan piring dan keranjang buah dari limbah lidi sawit, kini digunakan jadi tren di setiap kuliner. (ANTARA/Vera)

Kampar (ANTARA) - Masyarakat Provinsi Riau umumnya memiliki kebun sawit apalagi di Kabupaten Kampar. Lahan sawit mencapai 276 ribu hektare dengan jumlah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 22 unit.

Sayang jika potensi ini hanya mengandalkan dari penjualan industri hulu saja atau industri primer yang memproses produk kelapa sawit sejak produksi benih sampai kepada minyak sawit kasar Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) atau penjualan Tandan Buah Segar (TBS). Jika hanya itu maka naik turunnya harga sawit berpengaruh besar terhadap pendapatan masyarakat dan akan membuat masyarakatkalang kabut dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dosen Universitas Riau Adiantomengatakan pemanfaatan kelapa sawit dengan penerapan inovasi teknologi dapat diterapkan di mana saja karena memang Riau ini adalah penghasil sawit dan naik turunnya harga sawit sering menjadi persoalan karena berimbas pada sumber pendapatan.

Apabila masyarakat ingin menambah penghasilan dari kebun sawit yang dimiliki maka perlu adanya pengetahuan dan keterampilan serta penguasaan ilmu teknologi dan inovasi lain sehingga dapat memperoleh hasil maksimal, meski harga sawit tengah turun tidak akan berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Hal yang bisa dilakukan seperti mengutip hasil penelitian Dosen Universitas Riau Program Magister Administrasi Publik Dr. Adianto yang pernah melakukan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sako Margasari Kabupaten Kuansing bersama Hasim As’ari, Mayarni dan Mita Rosaliza) pada 10 November 2020 melalui Program Desa Binaan oleh LPPM Universitas Riau dengan pengenalan dan pelatihan pengembangan nira sawit menjadi gula merah dan pengolahan lidi sawit menjadi produk handmade yang diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan tambahan keluarga bagi masyarakat.

Kemudian karena tahap pertama hasil dari pelatihan yang dilaksanakan selama Pengabdian Kepada Masyarakat yang ditulis dalam jurnalnya berjudul Pemanfaatan Tanaman Sawit Melalui Inovasi Teknologi Bernilai Ekonomi Di Desa Sako Margasari Kabupaten Kuantan Singingi itu kurang berhasil maka dia kembali melakukan penelitian bersama Sania Octa Priscilia dengan judul Pelatihan Inovasi Teknologi Melalui Pemberdayaan Di Desa Sako Margasari Kabupaten Kuantan Singingi

Berikut hasil pelatihan yang diberikan pembuatan gula merah dari nira sawit dan tahapan membuat produk lidi menjadi Produk Handmade sebagai berikut :

Pembuatan gula merah dari nira sawit

1. Memilih pohon kelapa sawit yang akan dijadikan sumber nira sawit

Pada tahapan ini masyarakat harus bisa memilih pohon kelapa sawit yang benar-benar sudah masuk pada masa replanting atau sudah tua. Hal ini dilakukan agar nira sawit yang dihasilkan benar-benar pada kondisi matang atau masak. Apabila pohon kelapa sawit yang dipilih masih muda, maka hasil nira sawitnya kurang baik dan sedikit.

2. Memotong batang pohon kelapa sawit dan mengambil nira sawit

Pada tahapan ini masyarakat harus bisa melakukan pemotongan batang pohon kelapa sawit dengan benar. Alat yang digunakan untuk memotong adalah kampak atau parang dan pisau. Pucuk pohon kelapa sawit yang tumbang kita bersihkan (dikupas pelepahnya) dengan menggunakan kampak/parang setelah kelihatan umbutnya kita ambil pisau yang tajam lalu dipotong tipis hingga mengeluarkan air.

Proses pemotongan batang harus berbentuk segi lima bukan lingkaran, karena hal ini akan sangat berpengaruh kepada hasil nira sawit yang diperoleh. Pengambilan nira sawit dengan bentuk potongan batang segi lima akan membuat nira sawit tahan akan proses basi dan air nira yang keluar lebih banyak. Sedangkan pengambilan nira sawit dengan bentuk potongan batang lingkaran akan membuat nira sawit lebih cepat basi dan air niranya tidak banyak.

Proses ini yang harus menjadi perhatian bagi masyarakat apabila ingin memperoleh air nira sawit yang berkualitas dan hasilnya banyak dalam pembuatan gula merah.

3. Mengumpulkan nira sawit yang diperoleh untuk dimasak.

Pada tahapan ini masyarakat mulai mengumpulkan nira sawit yang sudah diambil dari batang pohon sawit yang telah dipersiapkan. Pengambilan nira sawit bisa dilakukan dalam dua kali sehari. Dimana masyarakat bisa memotong batangnya pada pagi hari untuk diambil niranya siang hari dan bisa memotong batangnya siang hari untuk diambil sorenya.

Setelah nira sawit dikumpulkan, maka masyarakat mempersiapkan perlengkapan memasak yang diperlukan, seperti: kuali/wajan, tungku, saringan dan serokan/sutil.

4. Memasak nira sawit untuk menjadi gula merah

Pada tahapan ini masyarakat mulai memasak nira sawit di dalam wajan/kuali yang telah disiapkan di atas tungku. Proses pemasakan nira sawit dilakukan selama 4-5 jam ditandai dengan mengentalnya nira dan warna menjadi merah.

Agar nira sawit yang sudah berubah menjadi merah cepat menjadi keras, maka perlu ditambahkan gula pasir sebanyak 1 kg dengan untuk ukuran nira sawit 20 liter. Di mana dalam 5 liter nira sawit yang diolah akan menghasilkan 1 kg gula merah.

Setelah nira sawit yang dimasak mulai mengental dan warna merahnya semakin pekat, maka nira sawit tersebut sudah menjadi gula merah dan siap untuk dicetak dengan berbagai ukuran.

5. Mencetak gula merah yang berasal dari nira sawit

Pada tahapan ini masyarakat mulai mempersiapkan cetakan gula merah dengan ukuran yang diinginkan. Alat cetak gula merah bisa dibuat dari bambuatau bahan lainnya sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Nira sawit yang sudah berubah mengental setelah dimasak, bisa dituangkan ke dalam cetakan yang telah disiapkan. Proses pencetakan dilakukan kurang lebih selama 15 menit.

Setelah gula merah benar-benar mengeras di dalam cetakan, maka gula merah bisa segera dikeluarkan dari cetakan dan siap untuk dipasarkan. Harga gula merah yang berasal dari nira sawit sebagai bahan bakunya di pasaran Rp4.000-5.000/kg.

Pelatihan dan Pengembangan Lidi Sawit menjadi Produk Handmade

Penemuan inovasi teknologi tepat guna (TTG) berupa mesin peraut lidi sawit oleh seorang inovator dari Kecamatan Pangkalan Kerinci, membuka peluang bagi masyarakat untuk bisa memanfaatkan lidi sawit sebagai bahan baku dan produk handmade yang bernilai ekonomi. Oleh karena itu, masyarakat desa yang memiliki potensi lidi sawit yang besar harus segara menangkap peluang ini sebagai sumber pendapatan baru dalam upaya meningkatkan ekonomi keluarga.

Sebab dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam mengadopsi inovasi teknologi tepat guna (TTG) yang sudah ditemukan, maka akan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat itu sendiri dan masyarakat desa pada umumnya. Karena produk handmade yang berasal dari pemanfaatan lidi sawit sudah diperdagangkan pada outlet-outlet online di seluruh Indonesia.

Peluang ini semakin mempermudah masyarakat yang ingin memanfaatkan lidi sawit sebagai produk handmade dalam memasarkannya. Apalagi pada setiap desa biasanya ada badan usaha milik desa atau BUMDes yang bisa membantu memasarkan produk handmade yang sudah dibuat oleh masyarakat. Realitas ini tentunnya akan sangat membantu masyarakat dalam memasarkan produk handmade yang dibuat dari pemanfaatan lidi sawit yang dimiliki.

Program Desa Binaan oleh LPPM Universitas Riau dengan pengenalan dan pelatihan pengembangan lidi sawit menjadi produk handmade dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Mempersiapkan alat dan bahan

Pada tahapan ini masyarakat desa mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan lidi sawit menjadi produk handmade. Alat dan bahan tersebut terdiri dari pisau, gunting, tali raffia, pernis kayu, pewarna pakaian, lidi sawit dan mesin peraud lidi sawit. Khusus mesin peraud lidi sawit dalam proses pengenalan dan pelatihan yang dilakukan, Tim LPPM Universitas Riau melakukan penyewaan dalam upaya mendukung proses pelatihan pengembangan lidi sawit menjadi produk handmade.

Harga dari mesin peraud lidi sawit yang diciptakan oleh inovator ada dua jenis, yaitu :

1) Mesin peraud lidi yang membersihkan lidi sawit yang daunnya masih utuh seharga Rp. 7.500.000/mesin;

2). Mesin peraud lidi yang membersihkan lidi sawit yang daunnya sudah tidak utuh seharga Rp. 5.000.000/mesin.

Keberadaan mesin peraud lidi yang merupakan hasil inovasi teknologi tepat guna (TTG) akan sangat membantu masyarakat dalam upaya membersihkan lidi sawit guna memanfaatkan lidi sawit menjadi produk handmade.

2. Mempersiapkan lidi sawit

Pada tahapan ini masyarakat mempersiapkan bahan baku lidi sawit yang akan digunakan sebagai pembuatan produk handmade. Desa Sako Margasari memiliki potensi lidi sawit yang besar, maka proses mempersiapkan lidi sawit yang dilakukan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat saja.

3. Membersihkan lidi swit dengan mesin peraut idi

Pada tahapan ini masyarakat bisa memanfaatkan mesin perautlidi untuk membersihkan lidi sawit yang sudah disiapkan. Pembersihan lidi sawit yang dilakukan bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam membuat lidi sawit menjadi produk handmade. Karena dengan lidi sawit yang sudah bersih, masyarakat akan mudah untuk membentuk pola produk handmade yang dibutuhkan dan direncanakan.

4. Mulai menganyam dan membuat pola handmade

Pada tahapan ini masyarakat mulai membuat pola produk handmade yang dibutuhkan. Proses pembuatan pola dimulai dengan menganyam lidi sawit dan membentuknya menjadi pola lingkaran serta mengikatnya dengan tali rafia. Setelah itu siapkan lidi sawit sebanyak 6 kelompok, yang mana masing-masing kelompok berjumlah 16 buah lidi sawit.

Proses ini dilakukan dalam upaya mempermudah masyarakat dalam penganyaman yang akan dibuat. Kemudian sebanyak 3 kelompok lidi sawit dianyam membentuk pola segitiga di dalam pola lingkaran yang sudah disiapkan tadi, dimana lidi sawit dimasukkan dari bagian pangkal untuk membentuk pola dasarnya. Proses ini dilakukan dengan teliti oleh masyarakat agar dasar awal penganyamannya bisa berjalan dengan baik.

5. Melakukan pengayaman dan membentuk produk handmade

Pada tahapan ini masyarakat mulai melakukan penganyaman dari pola dasar lingkaran dan pola dasar segitiga yang sudah dibuat sebelumnya. Setelah semuanya teranyam dari pola dasar yang dibuat sampai kepada ujung lidinya, kemudian dilengkungkan untuk sampai terbentuk seperti piring. Karena pola dasar yang dibuat dari awal ingin membuat anyaman lidi sawit berbentuk piring. Bentuk atau hasil akhir dari proses menganyam ditentukan sendiri oleh masyarakat ingin membuat apa. Sebab setiap bentuk yang diinginkan memiliki pola dasar yang berbeda, namun model pengayamannya hamper sama.