New York (ANTARA) - Harga minyak pada Rabu (5/10) naik setelah produsen utama minyak mengumumkan pemangkasan produksi minyak secara besar-besaran.
West Texas Intermediate untuk pengiriman November naik 1,24 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.187) atau 1,4 persen, menjadi 87,76 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember naik 1,57 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi 93,37 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para mitranya, yang secara kolektif dikenal dengan OPEC+, Rabu, memutuskan untuk mengurangi produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari mulai November.
Keputusan pemangkasan produksi tersebut berasal dari ketidakpastian yang menyelimuti prospek ekonomi dan pasar minyak global, kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
"Pemangkasan produksi tersebut merupakan reaksi OPEC+ terhadap penurunan harga yang ditandai dalam beberapa bulan terakhir," kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan, Rabu.
Dia menambahkan akan membantu menyeimbangkan kembali pasar minyak. Kekhawatiran terkait permintaan di tengah meningkatnya risiko resesi dan apresiasi tajam dolar AS menyebabkan harga minyak jatuh ke level terendah pada akhir September sejak Januari. Para trader juga mengolah data stok bahan bakar Amerika Serikat.
Administrasi Informasi Energi (EIA) AS mengatakan persediaan minyak mentah komersial negara itu turun 1,4 juta barel dalam pekan, yang berakhir pada 30 September. Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah AS menunjukkan penurunan 1,5 juta barel.
Menurut EIA, total persediaan bensin kendaraan bermotor turun 4,7 juta barel pada pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan turun 3,4 juta barel.
Baca juga: Harga minyak naik tipis di Asia jelang pertemuan OPEC+
Baca juga: Harga minyak stabil di tengah prospek penurunan produksi OPEC+, dolar lemah