Jakarta (ANTARA) - Harga minyak sedikit berubah di perdagangan Asia pada Rabu sore, menjelang pertemuan produsen OPEC+ untuk membahas pengurangan besar produksi minyak mentah setelah naik lebih dari tiga persen pada sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka Brent terdongkrak satu sen menjadi diperdagangkan di 91,81 dolar AS per barel pada pukul 06.28 GMT, setelah melonjak 2,94 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 9 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 86,43 dolar AS per barel, setelah naik tajam 2,89 dolar AS sehari sebelumnya.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, akan bertemu di Wina pada Rabu untuk membahas pengurangan produksi hingga 2 juta barel per hari (bph), sumber OPEC mengatakan kepada Reuters.
Pemotongan sebesar itu akan menjadi yang terbesar oleh OPEC+ sejak yang dilakukan setelah pandemi COVID-19 memangkas permintaan pada tahun 2020.
"Saya tidak akan terkejut jika 'beli rumor, jual fakta' bisa terjadi karena reli yang kuat pada harga minyak mentah mungkin telah menyebabkan pemotongan produksi seperti itu," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, mengatakan "ada tingkat profit taking dan pengurangan risiko menjelang pertemuan OPEC".
Amerika Serikat mendorong produsen OPEC+ untuk menghindari pemotongan besar-besaran, sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, ketika Presiden Joe Biden berupaya mencegah kenaikan harga bensin AS.
Dampak nyata pada pasokan dari target produksi yang lebih rendah akan terbatas karena beberapa negara OPEC+ sudah memompa jauh di bawah kuota yang ada. Pada Agustus, OPEC+ meleset dari target produksinya sebesar 3,58 juta barel per hari.
Namun kesepakatan tentang pemotongan besar "akan mengirim pesan kuat bahwa kelompok tersebut bertekad untuk mendukung pasar," kata analis ANZ Research dalam sebuah catatan, menambahkan bahwa itu "akan secara signifikan memperketat pasar."
Stok minyak mentah AS turun sekitar 1,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 30 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (4/10/2022).
Membatasi keuntungan untuk hari ini adalah dolar yang lebih kuat, yang membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
Baca juga: Chevron komit tuntaskan pembersihan limbah minyak di Tahura Riau
Baca juga: "Paspor" Hopper dan sejarah migas di Riau - Teknologi PT CPI mampu perpanjang usia lapangan