Minyak naik di Asia setelah jatuh 3,0 persen di sesi sebelumnya

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, minyak

Minyak naik di Asia setelah jatuh 3,0 persen di sesi sebelumnya

Ilustrasi - Ladang minyak (ANTARA/REUTERS/aa.)

Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, setelah tenggelam di sesi sebelumnya karena OPEC+ mengatakan akan tetap pada rencana kenaikan produksi minyak pada Agustus dan investor khawatir tentang kekuatan ekonomi global.

Minyak mentah berjangka Brent naik 83 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 109,86 dolar AS per barel pada pukul 00.12 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) bertambah 70 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 106,46 dolar AS per barel.

Kontrak acuan kedua minyak tersebut turun sekitar 3,0 persen pada Kamis (30/6/2022), dikutip dari Reuters.

Pedagang AS menyesuaikan posisi menjelang akhir pekan panjang Empat Juli.

Pada Kamis (30/6/2022), kelompok produsen OPEC+, termasuk Rusia, setuju untuk tetap pada strategi produksinya setelah dua hari pertemuan. Namun, klub produser itu menghindari membahas kebijakan mulai September dan seterusnya.

Sebelumnya, OPEC+ memutuskan untuk meningkatkan produksi setiap bulan sebesar 648.000 barel per hari (bph) pada Juli dan Agustus, naik dari rencana sebelumnya untuk menambah 432.000 barel per hari setiap bulan.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Kamis (30/6/2022) bahwa dia tidak akan secara langsung menekan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak guna menahan lonjakan harga minyak mentah ketika dia bertemu raja dan putra mahkota Saudi selama kunjungan bulan depan.

Di tempat lain, 74 pekerja minyak lepas pantai Norwegia di platform Equinor's Gudrun, Oseberg South dan Oseberg East akan mogok mulai 5 Juli, serikat pekerja Lederne mengatakan pada Kamis (30/6/2022), kemungkinan menutup sekitar 4,0 persen dari produksi minyak Norwegia.

Baca juga: Harga minyak mentah turun di perdagangan Asia setelah reli tiga hari beruntun

Baca juga: Harga minyak perpanjang kerugian karena kekhawatiran resesi meningkat