Jakarta (ANTARA) - Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet memprediksi perekonomian nasional tumbuh sekitar 5 sampai 6 persen year on year pada kuartal IV 2021.
"Saya kira kalau melihat dari beragam indikator, laju perekonomian di kuartal IV memang berpeluang akan lebih baik dibandingkan kuartal III di tahun ini," kata Yusuf kepada Antara di Jakarta, Senin.
Perekonomian kuartal IV yang lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya antara lain terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan survei penjualan eceran.
Baca juga: Gubernur BI sebut pertumbuhan ekonomi nasional sangat mengandalkan Jakarta
IKK pada Oktober 2021 mencapai 113 atau melampaui 100 sebagai titik optimis kepercayaan konsumen, melebihi IKK pada September 2021 yang sebesar 95,5.
Tren positif yang sama juga dapat dilihat pada survei penjualan eceran yang tumbuh 10,1 persen year on year didorong oleh penjualan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan Kelompok Makanan, Minuman, serta Tembakau.
"Membaiknya dua indikator utama ini tidak terlepas dari pelonggaran PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang dilakukan pemerintah seiring dengan tren perlambatan kasus penyebaran sepanjang bulan Oktober dan juga November," katanya.
Sektor yang akan tumbuh di kuartal IV 2021 menurutnya, yaitu industri pengolahan yang ditopang oleh permintaan domestik dan permintaan dari luar negeri. Selanjutnya sektor pertambangan juga tetap tumbuh karena tren harga komoditas masih naik lantaran permintaan beberapa komoditas yang masih tinggi.
"Sementara sektor perdagangan juga tumbuh didukung oleh kebijakan pelonggaran PPKM," ucap Yusuf.
Sepanjang tahun 2021, Yusuf pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan positif di kisaran 3,6 sampai 4 persen year on year.
Di tahun 2022 mendatang menurutnya pemerintah perlu menjaga tren kasus positif COVID-19 tetap landai di tengah kemungkinan penyebaran varian Omicron.
"Tentu mitigasi di awal menjadi penting. Selain meningkatkan kapasitas test, tracing, dan isolasi, dorongan masyarakat untuk tetap disiplin dalam menerapkan protokoler kesehatan menjadi penting untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang positif," ucapnya.
Sementara di sisi nonkesehatan, pemerintah juga perlu melanjutkan reformasi struktural agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya tetap di level positif, tetapi juga naik ke level yang lebih tinggi dibandingkan sebelum penyebaran pandemi COVID-19.
Baca juga: Survei: Ekonomi nasional membaik pengaruhi kepuasaan kinerja Jokowi, kendalikan COVID-19
Baca juga: Kemenkes optimistis pandemi COVID-19 semakin terkendali pada 2022, tapi tetap prokeskan?