Jakarta (ANTARA) - Puncak Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Tengah, Kamis pagi tertutup awan pekat yang membatasi jarak pandang ke puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut.
Berdasarkan informasi yang disampaikan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) ada erupsi dan awan panas guguran di puncak kawah.
"Saya sampaikan saat ini di daerah Gunung Semeru diselimuti mendung hitam pekat," kata seorang petugas RAPI melalui jaringan radio handy talky di Lumajang, Jawa Timur, Kamis.
Baca juga: BNPB laporkan sebanyak 39 orang meninggal akibat bencana Gunung Semeru
"Tercium bau belerang seperti dibakar, jadi harus selalu waspada," tambahnya.
Pemerintah mengingatkan masyarakat untuk menjauhi daerah-daerah yang merupakan aliran awan panas guguran karena masih terdapat potensi erupsi sekunder.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM mengimbau agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah Gunung Semeru dan jarak lima kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara hingga selatan, serta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Baca juga: BNPB imbau masyarakat tidak beraktivitas di radius 1-5 km dari puncak Semeru
Berdasarkan pantauan ANTARA di lapangan, para relawan tampak bertugas membantu para korban terdampak erupsi Gunung Semeru.
Kondisi cuaca secara keseluruhan pagi ini mendung disertai jalanan becek sisa hujan deras tadi malam.
Sementara itu, para relawan yang bertugas di daerah aliran sungai diminta untuk menghentikan sementara aktivitas guna mengantisipasi dampak buruk banjir lahar dingin.
Baca juga: Presiden Jokowi beri santunan keluarga korban meninggal dunia dampak Semeru
"Aliran sungai tercium bau belerang. Petugas yang berada di sungai diminta menghentikan sementara aktivitas," pesan seorang petugas lainnya melalui jaringan radio handy talky.
"Cuaca kurang bersahabat alangkah baiknya turun sementara," pungkasnya.