BPS catat ekonomi RI triwulan III-2021 tumbuh positif 3,51 persen

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,ekonomi

BPS catat ekonomi RI triwulan III-2021 tumbuh positif 3,51 persen

Tangkapan layar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/11/2021). (ANTARA/AstridFaidlatulHabibah)

Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,51 persen (yoy) pada triwulan III-2021.

“Kalau dibandingkan dengan triwulan III-2020 atau secara year on year (yoy) maka ekonomi Indonesia tumbuh 3,51 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Erick Thohir ungkapkan KTT G20 akan jadi kesempatan tunjukkan pertumbuhan ekonomi RI

Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan kuartal II-2021 yang tumbuh sebesar 7,07 persen sehingga secara secara quarter to quarter (q-to-q) tumbuhnya 1,55 persen.

“Kalau dibandingkan dengan triwulan II-2021 tumbuh 1,55 persen dan bila dibandingkan triwulan III-2020 tumbuh 3,51 persen serta secara kumulatif tumbuh 3,24 persen,” jelasnya.

Baca juga: Investasi tembus Rp237 triliun, Menperin sebut industri jadi penggerak ekonomi

Margo menjelaskan hal ini dilatarbelakangi oleh pemberlakuan kebijakan PPKM oleh pemerintah terlebih lagi dengan level 4 selama Juli sampai Agustus sehingga berdampak pada terbatasnya mobilitas masyarakat.

Mobilitas penduduk kembali mengalami perbaikan pada September seiring dengan semakin masifnya masyarakat menerima vaksin dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan sehingga menambah kepercayaan untuk beraktivitas.

Baca juga: Ketua OJK Wimboh Santoso sebut kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia menguat

“Tapi secara keseluruhan mobilitas penduduk lebih rendah dibandingkan triwulan II-2021 ataupun 2020,” katanya.

Margo menuturkan perlambatan ekonomi pada triwulan III-2021 turut dialami oleh beberapa negara mitra dagang Indonesia seperti China tumbuh 4,9 persen, Amerika Serikat 4,9 persen, Singapura 6,5 persen, Korea Selatan 4 persen, Hong Kong 5,4 persen, dan Uni Eropa 3,9 persen.

Untuk Vietnam terkontraksi 6,2 persen karena selama Juli sampai Agustus pemerintah Vietnam melakukan pengetatan mobilitas sehingga menyebabkan kontraksi ekonomi.

Baca juga: Kolaborasi para pihak dorong target herd immunity dan pemulihan ekonomi

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani sebut kualitas pendidikan ekonomi syariah penting ditingkatka