Anggotanya dipukuli saat meliput, Ketua PWI Dumai dampingi korban lapor polisi

id PWI Dumai, Kekerasan Wartawan

Anggotanya dipukuli saat meliput, Ketua PWI Dumai dampingi korban lapor polisi

Wartawan Pantau Riau anggota PWI Dumai mendapat kekerasan saat meliput. (ANTARA/dok)

Dumai (ANTARA) - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Dumai Bambang Rio imbau semua pihak agar menempuh cara persuasif dan menghindari kekerasan kepada wartawan jika merasa dirugikan. Ada upaya lain bisa diambil, misal dengan melapor ke Dewan Pers, atau media serta organisasi bersangkutan.

Imbauan ini menyusul terjadi pemukulan seorang anggota PWI Dumai Hendri D dari Pantau Riau di lokasi penampungan minyak diduga ilegal di Kelurahan Bagan Besar Kecamatan Bukit Kapur pada Kamis (23/9).

"PWI Dumai mengutuk keras intimidasi yang dilakukan kepada anggota Hendri D wartawan Pantauriau, karena aksi kekerasan bertentangan dengan hukum," kata Rio, Sabtu.

Dilanjut Rio, PWI Dumai telah resmi mengeluarkan pernyataan sikap atas kekerasan dialami Hendri, salah satu ialah mendukung langkah dan upaya dilakukan Hendri dalam menyelesaikan masalah, termasuk siap memberikan pendampingan.

Rio juga mengajak seluruh anggota PWI Dumai untuk mematuhi kode etik jurnalistik dan kode prilaku wartawan dengan menempatkan keselamatan pribadi di posisi teratas.

"Semoga ke depan kekerasan kepada masyarakat terutama ke wartawan dalam menyelesaikan masalah tidak terulang lagi," harap Rio.

"PWI siap memberikan pendampingan, dan mendorong Hendri segera membuat laporan ke Polres Dumai. PWI berkomitmen menjalankan bantuan kepada anggotanya yang mendapat kekerasan sesuai dengan PDPRT PWI," demikian Rio.

Sebagai bentuk toleransi dan perlawanan atas penganiayaan wartawan, sejumlah organisasi pers berhimpun dalam Forum Lintas Wartawan (FLW) Dumai berencana turun aksi demonstrasi pada Senin (27/9) lusa sekitar pukul 10.00 WIB.

Sejumlah organisasi wartawan tergabung, diantaranya Ikatan Media Onilne, Forum Gabungan Wartawan (Forgan), Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) Riau, PPWI, JMSI serta beberapa pentolan wartawan lainnya di Dumai.

Selain menggelar aksi demonstrasi, nantinya juga akan disampaikan tiga tuntutan yang akan diserahkan kepada pemerintah daerah dan aparat penegak hukum di Dumai.

Pertama, meminta dengan tegas kepada aparat penegak hukum agar mengusut tuntas kasus-kasus kekerasan dan penganiayaan wartawan terjadi di Dumai.

Kedua, meminta aparat agar memberantas seluruh praktik usaha ilegal (penampungan BBM dan CPO) serta menindak oknum aparat yang melindungi usaha ilegal tersebut.

Ketiga, meminta jaminan perlindungan terhadap wartawan terkait pelaksanaan tugas jurnalistik serta peliputan pemberitaan di lapangan.

Wartawan senior Dumai Muhammad Syahrul Aidi tegas mengungkapkan kekerasan terhadap pers harus segera dihentikan. Tidak boleh terjadi pembiaran, dimana wartawan selalu menjadi korban.

Terkait upaya damai pasca kejadian, menurut Syahrul ternyata malah makin menyuburkan praktek kekerasan terhadap wartawan.

"Dalam beberapa kasus sering berakhir dengan perdamaian. Namun justru ini jadi bumerang. Buktinya kasus kekerasan dan penganiayaan terhadap wartawan kembali terulang. Seolah-olah pelaku menganggap bantai saja, setelah itu bisa berdamai,” sebut Sahrul.

Sementara, korban pemukulan, Hendri D mengaku bahwa pelaku bukan dari oknum aparat melainkan orang tidak dikenal (OTK). Hendri didampingi pengurus PWI Kota Dumai akan mendatangi Polres Dumai untuk membuat pengaduan.

"Kita akan buat laporan, bahwa yang memukul saya bukan oknum aparat, namun orang yang gak dikenal," kata Hendri.