Jakarta (ANTARA) - Profesor Riset Rudi Subagja dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berhasil mengembangkan teknologi proses ekstraksi titanium, nikel dan tembaga untuk mendukung kemandirian industri nasional.
"Telah dikembangkan teknologi proses untuk memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah bijih ilmenit, nikel laterit kadar rendah, serta bijih tembaga malasit yang dimiliki Indonesia," kata Rudi, saat membacakan naskah orasi profesor risetnya berjudul "Pengembangan Teknologi Proses Ekstraksi Titanium, Nikel, dan Tembaga untuk Kemandirian Industri Nasional" di Jakarta, Selasa.
Baca juga: LIPI dorong peningkatkan peran ilmuwan muda untuk merealisasikan Visi Indonesia 2045
Rudi menuturkan Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di beberapa daerah, yang mana mineral itu mempunyai peranan penting untuk memenuhi hajat hidup orang banyak.
Namun, katanya, sumber daya mineral tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena masih terbatasnya kemampuan teknologi untuk memanfaatkannya sebagai komoditas yang diperlukan oleh bangsa Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan itu, Rudi mengembangkan teknologi proses ekstraksi untuk dapat memanfaatkan sumber daya mineral Indonesia, khususnya bijih ilmenit, nikel laterit kadar rendah dan malasit.
Baca juga: LIPI bangun kawasan geodiversitas Indonesia di Karangsambung berskema SBSN
Dari kegiatan penelitian dalam bidang metalurgi ekstraksi yang dilakukan, Rudi mampu menghasilkan teknologi proses untuk membuat Titanium dioksida (TiO2) dari ilmenit Indonesia, meningkatkan kandungan nikel dalam bijih nikel laterit kadar rendah Indonesia, membuat logam nikel dengan kemurnian 99,7 persen, dan membuat logam tembaga dari bijih malasit.
"Teknologi proses pengolahan mineral yang dihasilkan menjadi modal dasar untuk menciptakan kemandirian industri nasional guna memanfaatkan dan meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral Indonesia, melengkapi mata rantai industri nasional, serta mengurangi ketergantungan impor TiO2, logam nikel dan tembaga," ujar Rudi.
Baca juga: LIPI sebut manfanfaat vaksin COVID-19 AstraZeneca lebih tinggi daripada risikonya
Dalam naskah orasi profesor risetnya, Rudi mengatakan hasil dari penelitian tersebut dapat dijadikan rekomendasi bagi para pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama dengan pihak industri mengembangkan beberapa industri, yakni industri pembuatan TiO2 dari ilmenit Indonesia dengan menggunakan teknologi proses dekomposisi ilmenit dengan Natrium hidroksida (NaOH), yang dilanjutkan dengan proses pelarutan dengan asam sulfat, dan proses hidrolisis larutan Titanyl sulfat (TiOSO4).
Kemudian, industri pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah menjadi konsentrat nikel dengan menggunakan teknologi thermal upgrading dan pembuatan senyawa nikel serta logam nikel dengan menggunakan teknologi hidro dan elektro metalurgi.
Hasil penelitian itu juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan industri pengolahan malasit menjadi logam tembaga dengan proses pelarutan asam sulfat, dilanjutkan dengan proses pemurnian larutan, dan electrowinning untuk mendapatkan logam tembaga.
Baca juga: LIPI targetkan menyerahkan bibit vaksin COVID-19 Merah Putih pada awal 2022
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB