Distribusi tertunda, Kongo kehilangan 1,3 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,vaksin

Distribusi tertunda, Kongo kehilangan 1,3 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca

Para perempuan mencari nama mereka di daftar pemilih di sebuah tempat pemungutan suara saat pemilihan presiden di Brazzaville, Republik Kongo, Minggu (21/3/2021). (REUTERS/Olivia Acland/aww/cfo)

Dakar (ANTARA) - Otoritas kesehatan merealokasi sekitar 75 persen dari 1,7 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca dari Republik Demokratik Kongo ke negara-negara Afrika lain agar dapat digunakan sebelum kedaluwarsa, kata seorang perwakilan UNICEF, Senin (27/4).

Sebanyak 1,3 juta dosis yang tersisa akan dikirim ke sejumlah negara, termasuk Ghana, Senegal, dan Togo untuk memastikan vaksin itu dapat digunakan sebelum memasuki masa kedaluwarsa pada 24 Juni mendatang, kata ahli kesehatan senior badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) di Afrika Tengah dan Barat, Susie Villeneuve.

Baca juga: Ketua MPR RI Bambang Soesatyo sampaikan duka cita gugurnya prajurit TNI di Kongo

"Proses untuk melakukan realokasi terhadap dosis-dosis ini ke negara-negara lain di Afrika tengah berjalan," kata Villeneuve dalam sebuah konferensi vaksin di Ghana.

Belum ada komentar langsung dari otoritas kesehatan di Kongo.

Kongo menerima vaksin dari fasilitas COVAX pada 2 Maret namun menunda distribusi usai sejumlah negara-negara Eropa menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca akibat laporan adanya pembekuan darah.

Negara tersebut memulai kampanye vaksinasi pada 19 April, namun suntikan baru diberikan terhadap 1.265 orang dari total 85 juta populasinya, pada Sabtu (24/4), menurut laporan laboratorium riset biomedis negara.

COVAX, yang didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia, menargetkan untuk mengirim 600 juta dosis -- kebanyakan dari AstraZeneca-- ke 40 negara Afrika tahun ini. Jumlah dosis tersebut akan cukup untuk menginokulasi 20 persen dari populasi total.

Namun, situasi di Kongo menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh banyak negara Afrika dalam melakukan kampanye vaksinasi skala besar meski mereka memiliki pengalaman melawan penyakit-penyakit menular yang mematikan.

Sejumlah otoritas kesehatan tidak memiliki personel dan pelatihan yang cukup untuk mendistribusikan vaksin dalam waktu yang pendek dan kekurangan peralatan penting akibat kurangnya pendanaan yang dapat mencapai miliaran dolar, menurut para ahli.

Baca juga: Prajurit TNI pasukan perdamaian PBB yang meninggal di Kongo naik pangkat

Baca juga: Panglima TNI lepas jenazah Rama Wahyudi ke Pekanbaru


Sumber: Reuters

Penerjemah: Aria Cindyara