Inggris kehilangan pangsa pasar di AS, Jerman dan China selama pandemi

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara,Inggris

Inggris kehilangan pangsa pasar di AS, Jerman dan China selama pandemi

Menteri Luar Negeri Inggris urusan Perdagangan Internasional Liam Fox dan Menteri Perekonomian Swiss Guy Parmelin menandatangani perjanjian bilateral untuk melanjutkan perdagangan dengan kondisi khusus setelah Brexit, di Bern, Swiss, Senin (11/2/2019). (ANTARA FOTO/REUTERS/Arnd Wiegmann/djo)

London (ANTARA) - Inggris kehilangan pangsa pasar di Amerika Serikat, Jerman, dan China selama pandemi COVID-19 karena kekacauan perdagangan global, keluarnya negara itu dari Uni Eropa (Brexit), dan produktivitas yang buruk, demikian menurut penelitian baru yang diterbitkan pada Senin.

Inggris berkinerja sangat buruk karena stagnasi jangka panjang dalam pertumbuhan produktivitas, menurut laporan penelitian Pusat Grup Perbankan untuk Kemakmuran Bisnis Lloyd dari Universitas Aston.

Baca juga: Brexit terwujud, Inggris akhirnya angkat kaki dari Uni Eropa

Penelitian itu menunjukkan bahwa saat semua negara bergulat dengan kesulitan akibat COVID-19, Inggris kehilangan pangsa pasar di pasar ekspor terbesarnya, yakni Amerika Serikat dan Jerman.

"Di beberapa negara tujuan ekspor utamanya - yakni Jerman, Amerika Serikat dan China - Inggris tampaknya telah mengalami penurunan (pangsa pasar) yang lebih tajam, dan mengalami pemulihan ekonomi yang lebih lambat, dan daya saing globalnya menyusut," kata laporan itu.

"Penurunan ekspor Inggris ke AS tampak paling tajam baik secara absolut maupun relatif dan paling lama di antara negara-negara utama Eropa (kecuali Prancis)," demikian menurut laporan penelitian tersebut.

Antara 2017 hingga 2019, Inggris meningkatkan total ekspor ke Jerman sebesar 8,5 persen, dan itu kurang dari pertumbuhan ekspor yang dicapai oleh Italia (12 persen), Belanda (14 persen) dan Spanyol (20 persen), serta Amerika Serikat (24 persen).

"Data ini sampai batas tertentu memberikan gambaran perlambatan ekspor Inggris ke Jerman setelah referendum Brexit 2016, yang mungkin mengindikasikan beberapa pemisahan antara kedua ekonomi," kata ekonom Jun Du dan Oleksandr Shepotylo dalam laporannya.

Riset yang didasarkan pada statistik perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu juga menunjukkan bahwa Inggris kehilangan pangsa pasar di China.

"Kombinasi pandemi COVID, Brexit dan tantangan produktivitas jangka panjang Inggris akan menempatkan bisnis-bisnis Inggris dalam posisi yang merugikan di masa mendatang," kata laporan itu.

Produktivitas Inggris yang relatif buruk telah mengganggu perekonomian selama bertahun-tahun, dan penyebabnya bervariasi dari keterampilan karyawan yang buruk dan investasi penelitian yang rendah hingga faktor-faktor dari sisi permintaan seperti krisis keuangan.

Baca juga: Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon: Brexit bisa jadi peluang bagi Indonesia

Baca juga: Para Menteri Inggris Diam-diam Adakan Pertemuan Bahas Penundaan Brexit

Sumber: Reuters

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.