Tokyo (ANTARA) - Pemerintah Jepang akan mengakhiri masa keadaan darurat di enam prefektur, yakni Osaka, Kyoto, Hyogo, Aichi, Gifu, dan Fukuoka pada pada akhir Februari --sepekan lebih awal dari yang dijadwalkan, menurut laporan media NHK pada Jumat.
Pencabutan status tindakan darurat pencegahan penyebaran virus corona itu akan dilakukan di semua wilayah, kecuali di Tokyo dan tiga prefektur tetangganya.
Baca juga: Berulang tahun saat pandemi, Kaisar Jepang Naruhito harapkan masa depan cerah
Pada Januari lalu, pemerintah Jepang telah menempatkan 11 dari 47 prefektur Jepang dalam keadaan darurat ketika gelombang ketiga pandemi COVID-19 melanda negara itu. Salah satu prefektur itu, Tochigi, telah lebih awal menerapkan status keadaan darurat dari yang ditetapkan pemerintah.
Kasus infeksi virus corona telah menurun secara signifikan di seluruh negeri sejak puncaknya pada awal Januari, termasuk di ibu kota Jepang, Tokyo. Pemerintah berharap dapat mencabut status keadaan darurat di empat prefektur yang tersisa seperti yang direncanakan pada 7 Maret, kata NHK.
Berdasarkan kebijakan terbaru, pemerintah Jepang telah meminta semua bar dan restoran untuk tutup pada pukul 20.00 dan agar perusahaan-perusahaan mengupayakan lebih banyak kegiatan bekerja dari rumah.
Pemerintah juga menangguhkan program pariwisata bersubsidi "Go To Travel" yang populer.
Jepang sejauh ini mencatat sekitar 426.000 kasus infeksi virus corona dan 7.645 kematian akibat COVID-19 pada 24 Februari, menurut kementerian kesehatan.
Baca juga: Jumlah pasokan vaksin Jepang akan dibatasi, vaksinasi lansia tertunda
Baca juga: Jepang telah menemukan 91 kasus varian baru COVID-19
Sumber: Reuters
Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Jepang akan akhiri masa keadaan darurat di 6 prefektur akhir Februari
Sejumlah pemudi berkimono memakai masker saat meninggalkan upacara peringatan Hari Kedewasaan di Yokohama Arena di Yokohama, selatan Tokyo, Jepang, Senin (11/1/2021), sementara pemerintah mengumumkan keadaan darurat kedua di ibu kota dan beberapa prefektur, akibat wabah penyakit virus corona (COVID-19). (ANTARA/REUTERS/Issei Kato/HP/djo.)
