Dumai, Riau, (ANTARARIAU News) - Jumlah kasus demam berdarah dengue atau di Kota Dumai, Provinsi Riau, selama setahun terakhir mengalami peningkatan sekitar 30 persen dibanding 2010 lalu.
"Terjadi peningkatan sebesar 30 persen kasus DBD selama setahun, namun Dumai belum termasuk dalam status kejadian luar biasa (KLB)," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai, Marjoko Santoso, kepada ANTARA, di Dumai, Selasa.
Ia menambahkan, penyebab meningkatnya kasus DBD ini, karena masih rendahnya kesadaran warga melakukan pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk dengan pola '3 M Plus'.
Pola dimaksud, menurutnya, menguras, mengubur dan menutup wadah penampung air) di lingkungan rumah serta menggunakan kelambu atau penolak nyamuk.
Selain itu, lanjutnya, faktor cuaca yang ekstrem, termasuk curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun juga turut mempengaruhi peningkatan DBD terjadi di lingkungan perkotaan.
Ia juga sangat menyayangkan masih adanya warga berpendapat, DBD hanya bisa ditanggulangi dengan pengasapan ('fogging').
"Padahal 'fogging' tidak sepenuhnya menjadi solusi utama, namun hanya sebagai memutuskan mata rantai penularan penyakit," jelasnya.
Akibatnya, peningkatan kasus DBD terus meningkat di Kota Dumai.
"Kondisi peningkatan kasus DBD ini dapat dilihat dari jumlah kasus setiap bulan yang ditemukan, antara dua sampai tiga kasus. Bahkan pernah ditemukan jumlah penderita tertinggi di bulan September lalu dengan 25 kasus," ungkapnya.
Selain berupaya mencegah, menurutnya, warga juga diingatkan harus memberantas sarang nyamuk dan memutuskan mata rantai penularannya.
Dikatakan, pihaknya sudah mensosialisasikan upaya pencegahan DBD melalui kantor pemerintah kecamatan dan kelurahan dengan menyampaikan pesan ke masyarakat mengenai cara efektif menanggulangi perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk di lingkungan.
Sebab, lanjutnya, pemberantasan penyebaran penyakit demam berdarah ini merupakan beban dan tanggung jawab bersama pemerintah dengan masyarakat.
"Tanpa peran serta partisipasi warga menjaga lingkungan tetap bersih, maka sia-sia saja upaya pemerintah menggalakkan pencegahan," tutur Marjoko Santoso.