Jakarta (ANTARA) - Saat Anda batuk atau pilek coba cari madu. Peneliti dari Oxford University menemukan, madu dapat membantu meredakan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) lebih baik daripada beberapa obat flu dan antibiotik, terutama karena sebagian besar infeksi ini karena virus sehingga tidak dapat diobati oleh antibiotik.
Para peneliti Oxford mengamati 14 studi yang membandingkan penggunaan madu dengan antibiotik; Produk Over the Counter Market (OTC) seperti antihistamin, penekan batuk, ekspektoran (produk yang membantu membersihkan lendir); dan plasebo.
Baca juga: RS TNI AD Palangka Raya bantu obati pasien COVID-19 juga gunakan madu murni
Setelah membandingkan studi dan temuan, para peneliti menemukan, madu memang membantu meredakan gejala lebih baik daripada produk OTC dan antibiotik.
Menurut dua studi, gejala sakit pada orang yang menggunakan madu lebih sedikit daripada yang lain.
“Kami menemukan madu kemungkinan besar memperbaiki gejala ISPA, dengan bukti terkuat dalam konteks frekuensi batuk dan tingkat keparahan batuk. Bukti moderat mendukung penggunaannya daripada perawatan biasa untuk gejala ISPA lainnya, dan sebagian besar bukti berasal dari penelitian pada anak-anak," kata peneliti seperti dikutip dari Medical Daily, Jumat.
Mereka mengatakan, madu lebih efektif dan tidak terlalu berbahaya dibandingkan perawatan alternatif biasa dan menghindari kerusakan melalui resistensi antimikroba.
Meskipun demikian, anak-anak di bawah usia 1 tahun sebaiknya tidak mengonsumsi madu karena berisiko terkena botulisme.
Anak yang berusia di atas setahun biasanya dapat mengonsumsi madu dengan aman karena sistem pencernaannya telah matang. Jika ragu, bicarakan hal ini dengan dokter Anda.
Pilek dan ISPA yang mempengaruhi sinus, hidung, laring, dan faring dapat membuat Anda merasa lelah, dengan gejala seperti sakit tenggorokan, hidung tersumbat, batuk, dan hidung tersumbat.
Untuk melewati hari atau tidur sepanjang malam, beberapa orang meminta antibiotik dari dokter mereka atau obat flu dan alergi yang dijual bebas.
Meskipun produk obat OTC sudah tersedia, namun bisa berbahaya bagi sebagian orang. Dekongestan misalnya, dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti tekanan darah tinggi, kecemasan dan detak jantung tidak teratur.
“Dekongestan tidak boleh digunakan pasien yang secara bersamaan menggunakan inhibitor oksidase monoamine (sejenis antidepresan); kombinasi ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang mengancam jiwa," kata para apoteker.
Obat batuk memiliki peringatannya sendiri. Jika diminum terlalu sering atau dalam dosis yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan, obat ini dapat menyebabkan halusinasi, tekanan darah tinggi, dan kejang. Ekspektoran, di sisi lain, memiliki lebih sedikit efek samping.
Antibiotik tidak berguna untuk mengobati infeksi virus seperti pilek dan sebagian besar ISPA. Zat ini tidak akan mengurangi gejala dan menggunakannya dalam situasi ini dapat menyebabkan resistensi antibiotik.
Baca juga: Manisnya madu kelulut cegah kebakaran lahan gambut
Baca juga: Mencegah Karhutla, Madu langka mereka dapat (bagian-1)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB