Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, Riau, Dahril Darwis, mengajak masyarakat di 'Kota Bertuah' untuk bergotong-royong membersihkan lingkungan masing-masing guna mengantisipasi demam berdarah dengue.
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang umumnya didatangkan dari gigitan nyamuk tertentu, yakni 'aedes aegypti' yang menyebabkan dengue dan chikungunya," ujarnya di Pekanbaru, Senin.
Dikatakan, nyamuk-nyamuk ini biasanya dapat berkembang secara subur saat musim hujan seperti saat ini. "Untuk itu, perlu ragam upaya bersama guna mengantisipasinya," katanya.
Salah satu bentuk upaya dini mengatasi penyebaran virus mematikan itu, menurutnya, sebaiknya dilakukan pemberantasan mulai dari induk hingga telurnya.
"Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan 'fogging' atau pengasapan di sejumlah wilayah yang rentan terhadap penyebaran dan keberadaan nyamuk 'aedes aegypti'," ujarnya.
Selain itu, demikian Darwis, cara lainnya, yakni, dengan senantiasa melakukan razia terhadap tempat-tempat atau wadah yang berpotensi menampung air sehingga memberikan ruang bagi nyamuk DBD untuk berkembang biak.
"Upaya dini ini sebaiknya juga dilakukan secara bersama-sama atau gotong-royong, agar hasilnya juga maksimal sehingga DBD dapat lebih teratasi dengan optimal," tuturnya.
Dengan bergotong-royong, menurutnya, masyarakat dapat terus membersihkan saluran air atau drainase di lingkungannya masing-masing.
"Jangan sampai ada saluran air yang tersumbat sehingga menyebabkan air tergenang tanpa teraliri secara optimal, karena kondisi ini juga berpotensi menjadi sarang nyamuk penyebab DBD," katanya.
Darwis selanjutnya memaparkan adanya cara lain untuk dicoba diterapkan oleh masyarakat untuk enangkal penyebaran DBD.
"Yakni dengan memberikan perlindungan terhadap diri kita masing-masing. Langkah ini seperti memperkuat daya tahan tubuh dengan obat-obatan, serta sedapat mungkin melindungi dari dari gigitan yamuk dengan melapisi kulit dengan balsem atau cairan anti nyamuk," tuturnya.
Pertolongan Pertama
Namun jika ada masyarakat yang terlanjur menderita atau terjangkit DBD, Dahril Darwis mengatakan, sebaiknya juga harus mendapat upaya pertolongan pertama.
Upaya itu, menurutnya, dapat dilakukan antar masyarakat di lingkungan terdekat dan pihak keluarga korban.
"Seorang yang menderita penyakit demam berdarah, biasanya pada awalnya akan menderita demam tinggi," katanya.
Dalam keadaan demam seperti itu, demikian Darwis, tubuh penderita akan banyak kekurangan cairan, akibat adanya penguapan berlebih.
"Cairan tubuh juga akan semakin berkurang bila penderita secara terus menerus muntah atau tidak mau minum. Maka pertolongan pertama yang terpenting adalah memberikan minum sebanyak-banyaknya," kata Darwis.
Selain itu, lanjutnya, sebaiknya juga diberikanlah minum sebanyak dua liter atau delapan gelas dalam satu hari atau tiga sendok makan setiap 15 menit.
Dengan memberikan minum yang banyak terhadap penderita, Darwis optimistis, cairan dalam tubuh akan tetap stabil.
Upaya pertolongan pertama ini, tuturnya, sangatlah penting, mengingat demam yang tinggi juga akan mengurangi cairan tubuh dan dapat menyebabkan kejang pada penderita terutama penderita anak atau berusia kurang dari 12 tahun.
Langkah pertolongan pertama lainnya, paparnya, yakni dengan memberikan obat penurun panas terhadap penderita.
"Untuk jenis obat penurun panas ini harus dipilih obat yang berasal dari golongan parasetamol atau 'asetaminophen', jangan diberikan jenis 'asetosal' atau aspirin, karena dapat merangsang lambung, sehingga akan memperberat bila terdapat perdarahan lambung," ujarnya.
Selain itu, menurut Darwis, kompres panas juga dapat membantu bila demam yang diderita terlalu tinggi.
Namun jika dalam dua atau tiga hari nasip penderita tidak kunjung membaik, ia menganjurkan sebaiknya segera dibawa ke rumah salit untuk mendapatkan perawatan intensif.
Ia mengatakan, langkah-langkah ini sebaiknya diketahui oleh masyarakat luas.
"Agar begitu ada anggota keluarga atau para tetangga yang terserang DBD, tidak terlanjur panik. Karena kepanikan justru dikuatirkan akan membuahkan kelalaian yang berakibat fatal bagi penderita itu sendiri," kata Dahril Darwis.
Kejadian Luar Biasa
Sementara itu, dari data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, menunjukkan, jumlah penderita DBD terus bertambah setiap pekannya.
Contohnya pada pekan awal di bulan November 2011 ini saja, telah terjadi penambahan delapan kasus DBD baru dari 376 kasus bulan sebelumnya (Oktober 2011).
Dengan begitu, saat ini jumlah total DBD di Pekanbaru mencapai 384 kasus atau mendekati Kondisi Luar Biasa (KLB).
Dari sebanyak 12 kecamatan di Pekanbaru, Kecamatan Marpoyan Damai menjadi wilayah paling banyak ditemukannya kasus DBD, yakni 60 kasus.
"Kondisi ini sebenarnya sudah sangat mengkhawatirkan, karena hampir mendekati KLB atau nyaris mencapai dua kali lipat dari kasus tahun lalu (2010) yang mencapai 202 kasus," ungkap Kepala Bidang Pengendalian Kesehatan Masyarakat, Sri Darmawati.
Untuk itu, menurutnya, sebaiknya masalah ini menjadi perhatian bersama, khususnya Pemerintah dan masyarakat di Pekanbaru.
"Cara penanggulangannya juga sebaiknya dilakukan secara bersama, bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal serta menerapkan hidup sehat dengan membersihkan, menguras dan mengubur sampah yang menjadi wadah air atau 3M," demikian Sri Darmawati.