Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Orang tua Evan Dzaka Arkana, terus menunggu dan berharap ada perhatian dari tim dokter di RSUD 'Arifin Ahmad' Pekanbaru, Riau, agar bayi penderta "hidrosefalus" (kepala membesar akibat cairan) itu bisa segera mendapat penanganan serius.
"Kami sudah menunggu kepastian kapan penangananan operasinya oleh tim dokter, tetapi setelah dua bulan berselang, ternyata belum kunjung ada kepastian itu," ujar Junio, ayah bayi Evan, kepada ANTARA, di Pekanbaru, Selasa.
Karena itu, ia dan isterinya serta seluruh keluarga mengaku sangat kecewa, akibat sikap tidak jelas dari pihak rumah sakit umum daerah (RSUD) tersebut.
"Hidrosefalus" atau akumulasi cairan di dalam otak yang menyebabkan kepala bayi membesar. Ini merupakan jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan 'serebro spinal').
Penyakit 'hidrosefalus' yang disebabkan karena kelebihan cairan di kepala, cukup sering ditemukan di Indonesia. Dan dari data ANTARA, beberapa dokter menyebutkan, penyakit ini sebetulnya bisa disembuhkan.
"Hingga hari ini kami tidak tahu lagi harus bagaimana. Sudah lebih dua bulan kami di sini (di rumahsakit) dan tidak diperhatikan oleh dokternya," tutur Junio bersama isterinya, Imelda.
Diketahui, mereka membawa anak bayinya, Evan, awal September lalu dan sekarang sudah masuk November.
"Padahal tujuan kami ke sini mau beroba. Tapi, kalau memang tidak diobati bagus, saya bawa lagi pulang ke rumah, dan saya bisa bekerja," ungkap Junio.
Ia juga mengatakan, selama ini pihak keluarga tidak kunjung mendapatkan kepastian dari pihak dokter RSUD, kapan anak laki-lakinya ini akan segera dioperasi.
"Anak kami sudah semakin tersiksa, dan belum juga mendapat kepastian kapan akan menjalani operasi di kepalanya di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru ini," ujarnya memelas.
Disebutnya, setiap kali dokternya datang ke kamar perawatan si bayi, tidak pernah bicara tentang kepastian penanganan operasi.
"Ketika kami tanya kapan dioperasi, dokter malah selalu saja belum bisa memberikan kepastian itu. Sebaliknya, dokter selalu bilang menunggu luka di kepalanya kering. Tapi khan lukanya sudah kering sekarang," ungkapnya.
Akhirnya, Junio bersama keluarga tiba pada satu kesimpulan, yakni, mereka merasa bayinya kurang diperhatikan oleh dokter yang menangani.
"Apalagi seorang dokter juga pernah mengatakan kepada saya, kalau bayi Evan ini tidak mungkin dioperasi, karena akan berakibat fatal. Tapi yang jelas, tujuan kami datang Ke rumahsakit untuk berobat. Tapi, kalau tidak bisa dioperasi, lebih baik saya bawa anak saya pulang," tutur sang ayah bayi yang pekerjaannya buruh serabutan itu.
Tetapi, ia juga tetap mengharapkan adanya kepastian yang jelas dari pihak dokter ataupun rumahsakit, agar anaknya secepatnya ditangani.
"Seharusnya kami mendapat kepastian yang sejelasnyalah dari dokter atau rumahsakit. Kalau memang pihak RSUD tidak bisa, maka keluarkanlah surat rujukan, biar anak saya dirujuk secepatnya ke rumahsakit lain. Kalau tidak bisa lagi, saya akan bawa anak saya pulang dan saya rawat di rumah saja," ujar Junio.
Ia menambahkan, selama di rumahsakit menjaga anaknya, dia tidak bisa lagi bekerja untuk mencari nafkah.
Karenanya, untuk segala keperluan dan kebutuhan, (termasuk makan), selama di rumahsakit hanya mengharapkan pemberian dari saudara-saudara maupun famili, juga para donatur.
"Untuk sekedar makan, kadang ada yang berbaik hati memberinya. Kadang ada saudara yang datang mengantarkan makanan," ungkapnya.
Akan tetapi Junio dan Imelda orang tua Bayi Hidrosefalus yang dijumpai di ruang Perawatan Bayinya itu selalu mencoba untuk tegar dan selalu sabar menghadapi keadaan meskipun sudah dua Bulan lebih Dia tidak bekerja akibat menjaga buah hatinya di Rumah Sakit.
"Walau begitu, kami selalu berusaha sabar juga. Masalahnya yang mengatur semua ini khan pihak rumahsakit. Sampai sekarang, kami hanya mengikuti prosedur saja, tapi harapan saya tolonglah secepatnya ditangani anak saya," ucapnya kedua orang tua sang bayi.
Junio juga mengatakan, sudah siap menerima resiko apapun yang terjadi, tapi dengan syarat buah hati keluarga mereka ditangani secepatnya.
"Saya dari kemarin sudah bilang sama dokternya, saya sudah siap menerima resiko apapun yang terjadi. Tapi, pihak dokternya saja yang seakan-akan tidak mau perduli dengan keadaan bayi saya ini," tuturnya.
Evan, begitu sapaan akrab bayi pengidap "hidrosefalus" tersebut, hanya bisa terus menangis menahan perih di kepalanya.
Tangisan haru yang keluar dari mulutnya semakin membuat pilu hati pasangan ini.
Meski belum mendapat kepastian, namun kedua orangtua ini tampak tegar dan sabar mengupayakan kesembuhan putra kesayanga mereka.
Berita Lainnya
Perempuan terinfeksi corona melahirkan bayi sehat
06 February 2020 7:13 WIB
PMI Inhil Salurkan Bantuan pada Bayi Penderita Infeksi Paru-Paru
07 July 2018 23:00 WIB
Sejak Kecil, Bayi Penderita Tumor Wajah Telah Berpisah Dengan Ibunya
21 December 2017 13:20 WIB
Hasil Observasi Nyatakan Kondisi Bayi Penderita Tumor Wajah Masih Stabil
21 December 2017 11:50 WIB
Riau Berikan Bantuan Perobatan Gratis Untuk Bayi Penderita Tumor Wajah
21 December 2017 11:45 WIB
RSUD Arifin Achmad Upayakan Kesembuhan Bayi Penderita Penyakit Langka
18 August 2017 22:50 WIB
RSUD Pekanbaru Rawat Bayi Penderita Hidrosefalus
22 December 2014 16:34 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB