Pekanbaru (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Riau menyatakan di provinsi tersebut telah ditemukan 10 klaster penularan virus corona jenis baru penyebab COVID-19, yang hingga kini menyebabkan 66 kasus dikonfirmasi positif.
“Kita sudah bisa membuat penyebaran klaster COVID-19 di seluruh Provinsi Riau, paling banyak di Kota Pekanbaru,” kata Juru Bicara COVID-19 Riau, drIndra Yovi Sp.P (K) dalam pernyataan pers di Pekanbaru, Kamis.
Klaster paling besar berada di Kota Pekanbaru, yakni ada lima klaster penularan. Dua di antaranya diberi nama Klaster Medan, karena pasien yang tertular punya riwayat dari Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian ada klaster Sukabumi, Jawa Barat,klasterjamaah tabligh, dan klaster tunggal, yang penularannya tidak bisa dipastikan dari mana.
Di Kota Dumai terdapat tiga klaster penularan, yang paling besar adalah klaster Pertemuan Tenaga Kesehatan (Nakes) Teladan, kemudian klaster Sukabumi dan klaster tunggal.
Sementara itu di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hilir (Inhil) masing-masing ada satu klaster penularan. Klaster di Inhil merupakan penularan dari santri yang pulang dari pondok pesantren di Magetan, Provinsi Jawa Timur. Beberapa pasien positif dari klaster pondok pesantren Magetan juga ditemukan di Kabupaten Bengkalis.
“Paling besar adalah klasterpondok pesantren dari Magetan, Jawa Timur, sebelumnya sudah lima orang (positif) hari ini tambah tiga orang, jadi sudah delapan orang dari klaster ini,” kataIndra Yovi.
Baca juga: Pemeriksaan cepat adalah kunci sukses provinsi ini tangani pandemi COVID-19
Ia menjelaskan terdapat penambahan lima pasien positif COVID-19, paling banyak di klaster penularan pondok pesantren Magetan yang berjumlah tiga orang.
Ia mengatakan pasien positif ke-62 berinisial NM, warga Kota Dumai. Pasien berusia 60 tahun ini kontak erat karena keluarga dari pasien positif lainnya, yakni RR yang tertular dari klaster Pertemuan Nakes Teladan Dumai.
Kemudian pasien ke-63 berinisial S, warga Kota Pekanbaru berusia 60 tahun. Belum diketahui riwayat penularan dari mana karena beliau tidak memiliki riwayat perjalanan dan tidak memiliki kontak erat dengan kasus positif COVID-19 lainnya.
Sementara itu, pasien ke-64 hingga ke-66 berasal dari klaster pondok pesantren Magetan. Pasien ke-64 adalah warga Inhil berinisial K yang masih berusia 14 tahun. Pasien ke-65 berinisial MZ berusia 22 tahun, juga warga Inhil, sedangkan pasien ke-66 berinisial HS adalah warga Kabupaten Bengkalis berusia 20 tahun.
“Jadi pasien 64, 65, dan 66, sama-sama dari klaster pondok pesantren Magetan,” katanya.
Ia menjelaskan per 7 Mei 2020, total positif COVID-19 di Riau ada 66 kasus yang terdiri dari 32 orang masih dirawat, 28 sehat dan sudah dipulangkan, dan enam meninggal dunia.
“Yang meninggal 9,8 persen dari jumlah pasien positif, mereka adalah pasien dalam pengawasan yang meninggal dan seminggu kemudian hasilnya baru diketahui positif,” katanya.
Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang masih dirawat berjumlah 192 pasien, sedangkan PDP negatif COVID-19 dan dipulangkan berjumlah 520 orang, dan yang meninggal dunia ada 92 orang, demikian Indra Yovi.
Baca juga: Menteri perhubungan Budi Karya : Besok, 7 Mei seluruh moda transfortasi dibuka kembali
Baca juga: Semangat para pendekar Karhutla di tengah Corona
Berita Lainnya
Satgas: Penanganan pandemi COVID-19 hulu sampai hilir harus terintegrasi
29 July 2021 12:15 WIB
Penanganan COVID-19 jadi pertimbangan investor masuk ke Indonesia
14 July 2021 12:38 WIB
Wamenlu RI-AS bahas kerja sama penanganan pandemi COVID-19
31 May 2021 13:06 WIB
Menkes Paraguay Mazzoleni nyatakan mundur terkait penanganan COVID-19
06 March 2021 16:51 WIB
Wuih, Riau dan Kalbar dinilai layak jadi acuan penanganan COVID-19
05 February 2021 11:17 WIB
Menguak problematika penanganan pandemi COVID-19 di Kota Gurindam 12
30 January 2021 15:13 WIB
Peningkatan penanganan COVID-19, termasuk jelang perayaan Natal dan tahun baru
17 December 2020 16:26 WIB
Uni Eropa bantu Indonesia Rp28,9 miliar penanganan dampak pandemi COVID-19
16 December 2020 13:32 WIB