Suara jerit tangis seorang bayi berusia 3,5 bulan bergema di salah satu kamar rawat inap yang berada satu atap dengan ruang Cendrawasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Jumat (9/9).
Seorang wanita berambut "kriwul" dan dua bocah perempuan di ruang sama yang tadinya tertidur pulas sampai-sampai terjaga akibatnya.
Namun, bayi bernama lengkap Putra Akbar tersebut seakan tidak peduli. Dia tetap menangis, menjerit dan meronta di pelukan seorang wanita muda "kerdil" yang mengenakan pakaian kusam itu.
Parasnya yang lusuh dan kucel seakan menunjukkan keletihan yang luar biasa. Perlahan, wanita yang mengaku bernama Ayu itu kemudian memindahkan sang bayi ke pelukan seorang wanita lainnya yang berada di samping kanannya.
Wanita itu tampak sama kerdil. Namanya Susilawati. Dia mengenakan pakaian kusut dan penuh bercak noda. Ia juga terlihat lesu namun tetap bersemangat sambil meninabobokkan bayi malang itu.
"Hidrosefalus. Kata dokter dia kena penyakit itu," ujar Ayu menjawab ANTARA yang menanyainya. Wanita ini merupakan ibu kandung dari Putra Akbar.
Hidrosefalus merupakan suatu kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal, di mana penderitanya mengalami tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel pada otak.
Ayu mengakui, kelainan pada kepala anaknya sudah diketahui sejak kelahirannya tiga setengah bulan silam.
Sejak dilahirkan, kata dia, tim medis yang mengetahui keanehan itu kemudian memintanya untuk tetap tinggal Rumah Sakit Umum milik pemerintah di Kerinci.
"Tetapi setelah sekitar satu bulan, pembengkakan kepala anak saya justru semakin besar. Pembengkakan condong mengarah ke depan sehingga wajahnya terlihat sangat aneh," kata ibu berusia 20 tahun itu.
Melihat hal tersebut, kata Ayu, pihak rumah sakit di Kerinci kemudian menganjurkan agar dirinya membawa sang bayi itu ke ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru guna mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
"Sejak saat itu saya mulai bingung, ketakutan kalau-kalau nantinya akan ada biaya tambahan. Kalau ternyata ada, saya tidak punya uang. Saya hanya seorang janda yang tinggal sama orang tua saya yang saat ini juga berstatus janda," kata warga Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Riau ini.
Dalam kesehariannya, Ayu bersama sang ibu atau nenek dari Putra Akbar itu hanya bekerja sana-sini tanpa ada penghasilan tetap.
"Bahkan untuk makan sehari-hari saja kami sudah ngos-ngosan," tuturnya.
Namun, kondisi ekonomi yang tidak mendukung, tidak lantas membuat janda-janda ini patah arang. Berbagai upaya demi kesembuhan sang anak sekaligus cucunya terus digencarkan, termasuk meminjam uang sana-sini dan bekerja sekuat tenaga, meski hasilnya pun kadang sia-sia.
"Sampai pada akhirnya ada beberapa wartawan yang mendatangi kami. Dia kemudian memberitakan nasib kami dan bayi kami," ujarnya.
'Malaikat'
Kedatangan sang jurnalis itu bak 'malaikat' penolong. Karena menurut Ayu, semenjak pemberitaan yang tiada henti, sejumlah bantuan dari banyak terus mengalir.
"Terakhir, salah seorang pejabat dari Dinas Kesehatan Pelalawan datang menjenguk anak saya di Rumah Sakit Kerinci. Orang itu menyarankan kami untuk segera mengantarnya ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Katanya, semua biaya perobatan dan penginapan termasuk juga biaya operasi ditanggung oleh pemerintah," ujar Ayu.
Janji itu seakan menjadi angin segar bagi kedua janda ini. Mereka pun bergegas menuju RSUD Arifin Achmad Pekanbaru demi kesembuhan sang bayi yang merupakan anak sekaligus cucu satu-satunya itu.
"Saat ini anak saya hanya tinggal menunggu untuk dioperasi. Tapi sejak lebih satu bulan dirawat, sampai sekarang rencana itu tidak pernah terlaksana," katanya.
Ayu yang ditemui saat menjaga putranya di salah satu kamar inap pada ruang Cenderawasih RSUD Arifin Achmad Pekanbaru mengatakan, kondisi sang anak sejauh ini memang masih dalam keadaan sehat.
Kendati demikian, diakuinya jika kepala sang anak yang penuh dengan cairan sejenis air itu terus membesar, bahkan hingga membentuk sebuah balon berdiameter sekitar 35 centimeter.
"Saya sangat mengkhawatirkan kondisi anak saya sekarang. Karena beratnya juga terus bertambah," ujar dia.
Ayu menjelaskan, saat dilahirkan anak tunggalnya itu hanya memiliki bobot sekitar 2,3 kilogram (kg). Namun akibat pembengkakan yang terus membesar, saat ini berat bayi itu telah menjangkau lebih 10 Kg.
"Saya sangat berharap anak saya dapat segera dioperasi. Meski tidak akan kembali normal, setidaknya kondisinya dapat lebih baik dari sekarang," kata Ayu.
Di kesempatan sama, sang nenek, Susilawati, mengaku hanya bermodalkan Kartu Jaminan Kesehatan Daerah (Kamkesda) saat memasukkan cucunya ke RSUD Arifin Achmad
"Di sini (RSUD Arifin Achmad-red), anak saya hanya bisa menginap di ruang perawatan kelas ekonomi. Kondisi ini sebenarnya sempat membuat kami kesal. Tapi harus gimana lagi, sampai ke sini saja, kami sudah sangat bersyukur," kata dia.
Hanya saja, katanya, janji operasi yang sempat terucap oleh salah seorang dokter yang merawat sang cucu sampai sekarang belum kunjung terwujud.
Hal tersebut diakui membuat rasa khawatir dalam diri masih saja membayangi janda-janda pengasih ini, karena kondisi anak sekaligus cucu kesayangan mereka saat ini kian memburuk. ***4***