Pekanbaru (ANTARA) - Kemampuan Provinsi Riau untuk secara swadaya memenuhi kebutuhan pangan warganya dari komoditas beras, mengalami penurunan karena produksi beras pada tahun 2019 turun 13,33 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau di Pekanbaru, Rabu, produksi beras di daerah berjuluk "Bumi Lancang Kuning" itu pada 2019 mencapai 131.820 ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebanyak 20.270 ton atau 13,33 persen dibandingkan 2018.
BPS bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi dan Geospasial (BIG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memperbaiki metodologi perhitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA).
KSA memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari BIG dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi.
Angka produksi beras tersebut merupakan hasil konversi produksi padi menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk. Produksi padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 230.870 ribu ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan sebanyak 35.500 ton dibandingkan 2018.
"Luas panen padi di Riau pada 2019 diperkirakan sebesar 63.140 hektare (ha) atau mengalami penurunan sebanyak 8.310 ha (11,63 persen) dibandingkan tahun 2018," kata Kepala BPS Riau, Misfaruddin.
Ia mengatakan pada 2019 terjadi kenaikan produksi padi yakni di Kabupaten Bengkalis yang mencapai 4.132 ton GKG dan Kota Pekanbaru satu ton.
Namun, peningkatan produksi tersebut tidak sebanding dengan penurunan produksi padi di 10 kabupaten dan kota lainnya. Bahkan, tiga daerah sentra produksi padi yang selama ini menjadi lumbung beras untuk Riau mengalami penurunan produksi.
Seperti di Kabupaten Indragiri Hilir, produksi padi menurun 1.369 ton GKG. Kemudian di Rokan Hilir produksinya turun 7.123 ton dan Siak turun 1.291 ton. Bahkan, penurunan produksi padi paling tinggi terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi yang mencapai 10.202 ton GKG.
Sebelumnya, Gubernur Riau Syamsuar pada jumpa pers satu tahun kepemimpinannya bersama Wakil Gubernur Riau Edy Natar, menyatakan Pemprov Riau fokus untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan menurunkan kesenjangan pendapatan melalui peningkatan daya saing sektor unggulan.
Pada sektor pertanian, ia mengatakan Pemprov Riau melakukan kegiatan prioritas seperti rehabilitasi sawah terlantar, optimalisasi lahan rawa, perluasan areal tanam baru, perbaikan infrastruktur dan peningkatan produktifitas.
"Capaian 2019, rehabilitasi sawah terlantar 73 hektare, perluasan areal tanam baru 2.508,8 hektare, perbaikan infrastruktur capaiannya 1.100 meter irigasi tersier, serta perbaikan dua unit pintu air dan dua unit bangunan bagi 546 hektare," kata Syamsuar.
Meski begitu, upaya pemerintah daerah belum banyak mendongkrak produksi padi. Bahkan, Riau hingga kini hanya mampu memenuhi 30 persen dari kebutuhan beras untuk populasi penduduknya yang mencapai sekitar 6 juta jiwa.
Baca juga: Bulog Riau Kepri targetkan serap 5.000 ton padi petani
Baca juga: Siak pertahankan lahan persawahan seluas 5.000 ha
Berita Lainnya
BPS sebut Produksi padi Riau Januari-September 2024 capai 106,20 ribu ton
04 November 2024 19:34 WIB
Menko Zulkifli sebut bibit padi unggul mampu tingkatkan produksi beras
31 October 2024 13:30 WIB
Bapanas sebut harga beras Indonesia tinggi karena biaya produksi yang besar
20 September 2024 10:51 WIB
Mentan Amran Sulaiman sebut produksi beras aman karena ada percepatan tanam
09 January 2024 15:11 WIB
Mentan akan optimalkan 200 ribu ha lahan rawa di Kalsel, topang produksi beras
16 November 2023 13:17 WIB
BPS Kalimantan Timur perkirakan produksi beras 125.227 ton sampai akhir 2023
08 November 2023 11:09 WIB
BSIP Riau dorong peningkatan produksi beras Panyalai
22 September 2023 19:12 WIB
Produksi beras di Lebak di tengah El Nino alami surplus 11 bulan
21 August 2023 17:01 WIB