Pekanbaru (ANTARA) - Konflik pada subsektor hutan tanaman industri (HTI) di Provinsi Riau menunjukkan tren penurunan, yang salah satu penyebabnya karena keseriusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalampenanganan konflik sumber daya alam tersebut.
Direktur Scale Up M. Rawa El Amady di Pekanbaru, Kamis, mengatakan pada periode 2016-2019 kasus konflik HTI di Riau terus menurun. Pada 2016 tercatat ada 34 kasus konflik HTI, 22 kasus pada 2017, lalu turun drastis jadi 11 kasus pada 2018 dan terakhir pada 2019 tercatat ada sembilan kasus.
Lembaga tersebut secara rutin melakukan penelitian dan juga fasilitator dalam penyelesaian konflik SDA di Riau.
"Berbeda dengan subsektor perkebunan sawit pada subsektor hutan tanaman industri menunjukkan tren terjadinya penurunan dari 34 kasus di tahun 2016 menjadi sembilan kasus di tahun 2019," kata Rawa.
Baca juga: BBKSDA Riau pasang 14 plang larangan di SM Kerumutan, ini tujuannya
Sebagai perbandingan, menurut Rawa, konflik subsektor perkebunan sawit merupakan konflik tertinggi sejak tahun 2016 hingga 2019. Jumlah konflik sawit pada 2019 ada 38 kasus, naik ketimbang tahun 2018 yang terdata ada 27 kasus.
Scale Up menilai penurunan jumlah konflik di subsektor HTI didorong oleh perlembagaan struktural di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sampai ke tingkat direktur jenderal. Selain itu, KLHK sendiri secara aktif juga melibatkan multi pihak dalam upaya pencegahan konflik, dan membangun komitmen ke perusahaan-perusahaan HTI untuk menyelesaikan konflik dengan dukungan pasar, dengan keberhasilan penangan konflik sebagai indikator kinerja.
Pada KLHK penanganan konflik dilakukan secara serius dengan struktur penanganan konflik hingga ke level direktur jenderal dan pelibatan multi pihak terbukti terjadi penurunan jumlah konflik di subsektor kehutanan.
Baca juga: VIDEO - Sedih, Bayi Gajah Sumatera terpaksa minum susu lewat selang
"Data ini memperkuat hipotesis bahwa perlembagaan melalui struktur dan pembentukan nilai nilai penanganan konflik oleh pemerintah berperan pada penyelesaian konflik," katanya.
Meski begitu, Scale Up tetap mengkritisi kebijakan KLHK sebagai lembaga yang menetapkan kawasan di Indonesia terkadang tidak menyelidiki keadaan nyata di lapangan. Pemantauan yang dilakukan oleh pemerintah pusat hanya bersifat umum sehingga banyak ditemukan peta kawasan hutan terdapat perkebunan dan permukiman di dalamnya.
"Akhirnya, pemerintah menjadi sumber masalah karena tidak mampu memberikan kejelasan batas-batas wilayah di Indonesia," katanya.
Rawa menambahkan, secara keseluruhan konflik sumber daya alam di Provinsi Riau meningkat 37 persen dari 38 kasus pada 2018 menjadi 51 kasus di tahun 2019.
Baca juga: Gajah sumatera liar di Riau dipasang kalung GPS, ini tujuannya
Baca juga: Anak gajah diselamatkan dari jerat di hutan tanaman industri di Riau, begini kronologisnya
Berita Lainnya
Gajah sumatera mati di konsesi hutan tanaman industri di Riau, begini kronologinya
07 February 2020 19:57 WIB
Anak gajah diselamatkan dari jerat di hutan tanaman industri di Riau, begini kronologisnya
27 January 2020 18:49 WIB
Konflik sumber daya alam di Riau naik 37 persen pada 2019, ini penyebabnya
28 January 2020 18:15 WIB
Luas Lahan Sengketa di Riau 283,277 Hektare
01 February 2019 15:31 WIB
Scale Up: Terjadi 39 Konflik Lahan Riau
23 October 2014 11:25 WIB
Scale up: Dinamika Perkebunan Riau Perlu Diarahkan
21 October 2014 12:23 WIB
Forest Fire in Riau Happens on Massive Scale: Minister
06 August 2014 8:24 WIB
Prof Haedar Nashir terima anugerah Hamengku Buwono IX Award dari UGM
19 December 2024 16:35 WIB