Pekanbaru harus siap hadapi ancaman banjir

id PTPN V, banjir, Pekanbaru

Pekanbaru harus siap hadapi ancaman banjir

Air sungai yang meluap (Anggi Romadhoni)

Pekanbaru (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Riau resmi mencabut status siaga kebakaran hutan dan lahan yang berlangsung sejak awal 2019 lalu pada Kamis (31/10) hari ini.

Dicabutnya status tersebut menyusul cuaca di Riau yang semakin "membaik", atau lebih tepat disebut lebih lembab akibat hujan lebat. Hujan di Riau, termasuk kota Pekanbaru jauh lebih baik dibanding musim kering atau kemarau.

Namun bagi Pekanbaru, hujan dan kering masih sama-sama masalah. Meski masalah yang paling besar masih dari si musim kering. Setidaknya saat hujan, korban terdampak bencana tidak mencapai jutaan manusia layaknya kabut asap karhutla.

Hujan di Pekanbaru mulai berlangsung sejak medio Oktober 2019, dan intensitas semakin meningkat memasuki November ini. Hujan mengentaskan Pekanbaru yang sempat dilanda kabut asap pekat, namun sekaligus menjadi tantangan baru.

Pemerintah Kota Pekanbaru menyatakan terus berusaha mempersiapkan diri untuk mencegah dan mengatasi banjir. Pembersihan drainase terus dilakukan secara berkesinambungan saat musim kering. Pemerintah kota juga terus berusaha mengajak peran aktif masyarakat untuk menjaga lingkungan.

Selain dilakukan aparat pemerintahan, dunia usaha juga turut berperan menjaga lingkungan. PT Perkebunan Nusantara V misalnya. Perusahaan perkebunan negara itu menawarkan bantuan kepada Pemerintah Kota Pekanbaru dalam mengatasi banjir yang kerap melanda ibu kota provinsi Riau tersebut saat diguyur hujan.

Direktur Utama PTPN V Jatmiko K Santosa beberapa waktu lalu mengatakan perusahaan perkebunan sawit dan karet milik negara terbesar di Bumi Lancang Kuning tersebut saat ini telah memperbanyak lokasi penampungan air.

Kolam-kolam seluas 100 meter persegi itu ia sebut didirikan di kantor Pusat, Jalan Rambutan, Kota Pekanbaru yang siap menampung limpahan air saat musim hujan tiba

"Kami siap membantu pemerintah Kota untuk dapat menangani permasalahan luapan air ataupun banjir yang sering terjadi pada saat hujan deras melanda Pekanbaru," kata Jatmiko.

"Saat ini, sebagai upaya represif, perusahaan juga telah memperbanyak lokasi penampungan air dengan menambah kolam seluas kurang lebih 100 meter persegi di areal kantor PTPN V Jalan Rambutan," tuturnya.

Masih jelas di ingatan pada 18 Juni 2019 lalu, saat banjir yang melanda Kota Pekanbaru memakan korban jiwa. Adalah Yeni Riski Purwati, wanita 27 tahun yang meninggal dunia akibat terseret derasnya arus kanal saat banjir melanda Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Korban yang diketahui merupakan pengantin baru itu meregang nyawa di Jalan Lobak, saat hendak mengantar suaminya ke Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Selasa pagi.

Keluarga korban sendiri diketahui merupakan petani plasma perusahaan milik negara tersebut di perkebunan kebun plasma Sei Tapung PTPN V, Desa Dayo, Kecamatan Tandun.

Jatmiko berharap kejadian seperti ini tak terulang kembali dengan sinergi baik antara perusahaan yang ia pimpin dengan pemerintah setempat.

"Besar harapan kami ke depannya tidak lagi terjadi hal-hal seperti ini," ujarnya.

Baca juga: Pemkab belum perpanjang izin HGU PTPN V

Baca juga: VIDEO - Peserta SMN Yogyakarta melihat proses pengolahan kelapa sawit Riau