Kericuhan Papua, Kapolri terjunkan 300 Brimob ke Papua

id Tito karnavian,Deiyai,Unjuk rasa deiyai,deiyai,papua, papua rusuh,kericuhan papua

Kericuhan Papua, Kapolri terjunkan 300 Brimob ke Papua

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. (ANTARA/ Anita Permata Dewi)

Jakarta (ANTARA) - Polri telah mengirim 300 anggota Brimob untuk menjaga keamanan di Deiyai, Paniai, dan Jayapura, Provinsi Papua setelah peristiwa ricuh di wilayah itu, Rabu.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian berharap peristiwa serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ini menyesalkan terjadinya aksi demonstrasi yang berakhir ricuh di Deiyai, Papua, Rabu (28/8). Sementara, saat ini juga terjadi aksi massa di Jayapura.

"Peristiwa di Deiyai ini sehingga akhirnya ada rekan satu anggota TNI gugur, sangat kami sesalkan. Dia gugur saat sedang menjaga senjata yang disimpan dalam kendaraan, akhirnya dibacok dengan panah dan gugur. Senjatanya dirampas," kata Jenderal Tito di Mabes Polri, Jakarta, Kamis.

Dalam kericuhan itu massa juga menyerang polisi dan TNI lainnya sehingga lima polisi dan TNI terluka.

Baca juga: Seorang TNI dan dua warga sipil tewas di Deiyai, Papua

Tito menduga bahwa penyerang bukanlah massa demonstran, namun kelompok asal Paniai yang menunggangi aksi demo.

"Ini kelompok yang berasal dari Paniai. Rupanya mereka sembunyi di balik massa ini dan menyerang petugas," katanya.

Dalam peristiwa itu juga menewaskan seorang pelaku penyerangan, akibat terkena panah.

Tito menegaskan kematian pelaku penyerangan tersebut, bukan karena polisi dan TNI yang bertugas di lokasi.

"TNI dan Polri tidak pernah menggunakan panah. Panah ini berasal dari kelompok penyerang sendiri sehingga kami menduga dia meninggal karena terkena panah dari kelompoknya," katanya.

Baca juga: Gedung Majelis Rakyat Papua dibakar

Sebelumnya pada Rabu (28/8) siang, terjadi unjuk rasa di halaman Kantor Bupati Deiyai.

Awalnya unjuk rasa yang dilakukan 100 orang, berlangsung damai. Namun tak lama kemudian, tiba-tiba ada 1.000 orang membawa panah, tombak dan parang datang bergabung dengan para pendemo. Kelompok ini melakukan tarian, melemparkan batu kepada aparat dan meneriakkan kata-kata provokasi.

Kemudian massa menyerang salah seorang TNI yang bertugas. Aparat lainnya berusaha menghentikan penyerangan tersebut, namun tidak diindahkan. Massa malah melawan menggunakan senjata tajam dan batu terhadap TNI-Polri.

Akibat kejadian itu satu anggota TNI meninggal dunia, lima TNI-Polri luka terkena panah.

Sementara korban meninggal dunia dari pihak massa ada dua orang, yakni satu orang karena luka tembak di kaki dan seorang terkena panah di perut.