Pekanbaru (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut (BRG) menilai kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang melanda Provinsi Riau dalam beberapa pekan terakhir dilakukan secara sistematis hingga menyebabkan titik api terus bermunculan dalam skala yang luas.
"Maraknya kebakaran lahan disebabkan masih berlangsungnya proses pembakaran lahan skala besar. Pembakaran lahan tersebut dilakukan secara sistematis oleh sejumlah pihak," kata Kepala BRG Nazir Foead dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Pekanbaru, Senin.
Kesimpulan itu disampaikan lulusan University of Gottingen, Jerman itu setelah meninjau dan membantu pemadaman kebakaran lahan di sejumlah lokasi di Riau akhir pekan kemarin.
Dia mencontohkan, kebakaran lahan yang terjadi di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau yang melakukan patroli udara bersama Deputi BRG pada hari Jumat (9/8) disebutkan bahwa pembakaran lahan dilakukan secara sistematis.
Sehingga, perlu adanya tindakan dan penegakan hukum yang tegas agar kebakaran segera dapat diatasi. Peran satuan tugas penegakan hukum (Satgas Gakkum) yang dalam hal ini diemban oleh Polda Riau sangat sentral.
Meski begitu, Nazir tetap memberikan apresiasi ke Polda Riau yang sejauh ini telah melakukan tindakan yang maksimal dalam menangani Karhutla melalui penegakan hukum. Hal ini dibuktikan dengan penetapan 27 tersangka pembakar lahan sepanjang 2019 ini. Dan yang terakhir, Polda Riau turut menetapkan korporasi perkebunan sawit di Pelalawan, PT SSS sebagai tersangka.
"Apabila ini terus berlangsung, maka makin sulit menghilangkan kabut asap. Kita harap ada penyelidikan lebih lanjut dari aparat hukum. Polda Riau telah bergerak cepat mengungkap pembakaran sistematis serupa di Pelalawan, dengan penetapan sejumlah tersangka termasuk satu perusahaan perkebunan, kita patut apresiasi tindakan tegas ini.” ujarnya.
Lebih jauh, Nazir mengklaim bahwa program yang dijalankan BRG, termasuk diantaranya membuat sekat kanal dan sumur bor di sejumlah lokasi rawan membantu menekan angka Karhutla.
Dia mencontohkan di Kabupaten Kampar, keberadaan sekat kanal dan sumur bor sangat membantu Satgas Karhutla Riau memperoleh sumber air. Kampar merupakan salah satu wilayah kerja BRG yang hingga saat ini dinilai cukup berhasil menekan Karhutla dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Sumber air dari kanal masih ada walau tidak melimpah. Diperlukan sumur bor dibangun di tempat dimana air dari kanal sudah terlalu jauh untuk mencapai api," tuturnya.
Nazir menuturkan akan menambah 50 sumur bor di Tapung, Kampar. Dia mengatakan sumur bor selain mampu menyiapkan air yang cukup berlimpah untuk memadamkan hingga radius 200 meter. Sumur bor kedua akan dibuat 200 meter dari sumur pertama sehingga api bisa terkepung.
Nantinya, selain untuk mencegah dan menanggulangi Karhutla, sumur bor juga akan berfungsi sebagai sumber air bagi perkebunan nanas di wilayah itu. “Sehingga masyarakat bisa menjaga area tersebut dan mencegah kebakaran di saat kemarau,” ujarnya.
Data BMKG pada Senin pukul 06.00 WIB menunjukkan ada 156 titik panas indikasi karhutla di Riau. Titik panas paling banyak ada di di Pelalawan (40), disusul Siak (29), Rokan Hilir (24), Indragiri Hilir (21), Indragiri Hulu (15), Kepulauan Meranti dan Bengkalis masing-masing tujuh titik, Kampar (6), serta Kuantan Singingi dan Dumai masing-masing dua titik.
Dari seluruh titik panas tersebut, ada 116 yang teridentifikasi sebagai titik api, paling banyak di Pelalawan (28), Siak (22), Indragiri Hilir (19), dan Rokan Hilir (15).
Berita Lainnya
PT CPI - BRG latih 10 desa kelola lahan tanpa bakar
24 October 2020 8:27 WIB
Mahasiswa UGM dan BRG lakukan penelitian ke PT NSP
10 October 2020 17:48 WIB
BRG ajak pemerintah desa untuk jaga infrastruktur pembasahan gambut
30 September 2020 13:09 WIB
BRG targetkan restorasi 11 ribu hektare gambut hingga akhir 2020
28 July 2020 17:05 WIB
Wujudkan ketahanan pangan di lahan rawan kebakaran
27 July 2020 21:03 WIB
Kepulauan Meranti selenggarakan Festival Sagu Nusantara 2020
14 March 2020 21:05 WIB
BRG gandeng PT KTU Siak bangun sekolah ladang
10 March 2020 15:52 WIB
Berharap pahit kopi usir api di gambut Kepulauan Meranti
16 December 2019 16:49 WIB