Pekanbaru, 26/11 (ANTARA) - Sebanyak lima ekor gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) ditemukan mati di perkebunan kelapa sawit di Dusun Lubuk Kandis Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Jumat.
"Informasinya, warga setempat yang pertama menemukan lima ekor gajah itu sudah dalam kondisi mati," kata Humas WWF Riau, Syamsidar, ketika dihubungi ANTARA di Pekanbaru.
Ia mengatakan belum bisa memastikan jenis kelamin kelima ekor gajah malang itu. Penyebab kematian gajah juga belum diketahui. Menurut dia, anggota WWF bersama tim dokter hewan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau direncanakan berangkat dari Pekanbaru ke lokasi pada Jumat malam untuk melakukan otopsi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA, gajah-gajah tersebut ditemukan mati di kebun kelapa sawit milik warga yang berbatasan dengan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) milik PT Citra.
Sementara itu, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari BBKSDA Riau mengenai kematian satwa yang terancam punah tersebut. Kepala Bidang Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang berkedudukan di Kabupaten Indragiri Hulu, Edi Susanto, juga tidak merespon ketika berkali-kali dihubungi wartawan via telepon.
Berdasarkan data WWF, telah ada empat ekor gajah yang mati di Riau pada periode Januari-Maret tahun 2010. Empat mamalia bongsor itu masing-masing ditemukan dalam kondisi membusuk di lahan perkebunan milik warga di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis setelah sebelumnya terjadi konflik dengan manusia.
Sedangkan, di Kabupaten Indragiri Hulu sebelumnya juga ditemukan empat ekor gajah Sumatra yang ditemukan mati di kawasan konsesi perusahaan pada tahun 2009. Gajah yang mati sengaja diracun dengan jenis organophospat yang biasa digunakan untuk meracun binatang seperti babi.
Empat gajah itu ditemukan mati di kawasan konsesi PT RPI, anak perusahaan PT Riau Andalan Pulp and Papers (RAPP) yang berbatasan dengan perkebunan sawit PTPN V bekerja sama dengan Koperasi Pelangi Siampu Pesikaian, di perbatasan Kabupaten Indragiri Hulu dan Pelalawan pada Mei lalu.
Dua gajah yang mati betina berusia sekitar 20 tahun, dan satu ekor gajah kecil usia lima tahun. Satu gajah lainnya ditemukan mati dalam kondisi hangus terbakar. Jenis racun telah diketahui dari hasil pemeriksaan sampel gajah di Laboratorium Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Departemen Pertanian Cabang Bukittinggi.
Selain itu, BKSDA juga menemukan barang bukti racun di tempat kejadian yang sengaja dioleskan di daun dan pelepah sawit. Meski sempat diselidiki pihak kepolisian, pelaku pembunuh gajah itu hingga kini belum terungkap.