Siak, Riau (ANTARA) - Bupati Siak Alfedri mempresentasikan "Siak Kabupaten Hijau" bersama Deputi Badan Restorasi Gambut (BRG) RI pada pertemuan Forum Hutan Tropis atau Tropical Forest Alliance (TFA) Internasional yang dilaksanakan di Bogota-Colombia, mulai Selasa (7/5) waktu setempat.
Lewat paparan yang diberi tajuk “Kolaborasi Bersama Untuk Siak Hijau” itu, Alfedri menyampaikan tinjauan pendekatan Jurisdictional Approach - Green District Of Siak, di hadapan para pemimpin dunia baik presiden maupun menteri yang hadir.
Bupati Alfedri diundang sebagai pembicara, karena Kabupaten Siak dianggap berhasil mengurangi deforestasi dengan berbagai program kegiatan di antaranya konservasi dan restorasi lahan gambut, penanganan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Kemudian pengembangan ekowisata, pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan varietas bernilai ekonomi ramah gambut di lahan TORA, sehingga dipercayakan mewakili negara-negara tropis di Asia tenggara dalam forum tersebut.
Alfedri memulai presentasinya dengan memperkenalkan Provinsi Riau sebagai rumah dari lahan gambut terluas di Indonesia. Beberapa tahun belakangan, kata dia, provinsi ini mengalami banyak tantangan dalam kebijakan tata kelola lahan, terutama karena tibanya musim kering yang menyebabkan kebakaran.
"Siak sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Riau, memiliki komitmen terhadap pembangunan hijau, dengan luas wilayah gambut mencapai 57 persen dari total wilayah atau diperkirakan luasnya sepadan dengan tiga kali luas wilayah Ibukota Bogota, dan 21 persennya merupakan lahan gambut dengan kedalaman 3-12 meter," kata Alfedri.
Komitmen tersebut kata pemimpin Siak itu diwujudkan dengan menerbitkan regulasi Peraturan Bupati tentang Siak Hijau, yang memuat pengaturan zonasi tata ruang untuk konservasi, perkebunan, industri dan pemukiman. Peraturan tersebut saat ini sedang diterjemahkan menjadi Roadmap Siak Hijau yang akan menjadi payung untuk berbagai kebijakan pembangunan di Kabupaten Siak ke depan.
"Komitmen Siak Hijau tersebut juga didukung oleh masyarakat sipil dan NGO yang tergabung dalam koalisi ‘Sedagho Siak’, yang komit memberikan segala bentuk dukungan teknis yang dibutuhkan," jelasnya.
Tidak hanya itu, tujuh perusahaan yang difasilitasi oleh CORE saat ini juga sudah menunjukkan ketertarikannya untuk mendukung rencana Siak Hijau ke depan. Di antaranya Musim Mas, Cargil, Neste, GAR, Pepsico, Unilever dan Danone.
Para perusahaan ini menyatakan bahwa kerja gotong royong bisa mendukung implementasi komitmen NDPE yang lebih efektif, khususnya pada 4 topik utama yakni : deforestasi, restorasi gambut, dukungan pada pekebun dan HAM.
Dalam inisiatif Siak Hijau, komitmen swasta dan upaya kolaborasinya untuk empat pilar tersebut akan diarustamakan dengan dokumen pembangunan Siak Hijau dan proses pengambilan keputusan multipihak yang melibatkan pemerintah dan masyarakat sipil.
“Model gotong royong untuk visi Siak Hijau kedepannya dapat ditularkan pada kabupaten dan kota lainnya di Indonesia, melalui jejaring Lingkar Temu Kabupaten” ujar Alfedri yang saat ini aktif menjabat sebagai Sekretaris Jenderal LKTL itu.
Kesempatan yang sama juga dimanfaatkan Pemimpin Siak itu untuk mempromosikan budaya lokal dan nilai-nilai kearifan masyarakat melayu Siak yang amat menghormati alam lingkungan, sebagai bagian tak terpisahkan dalam satu kesatuan ekologis manusia dan alam. Alfedri juga berkesempatan berbincang dengan Presiden Kolombia Ivan Duque Marquez, sekaligus menyerahkan tanjak Siak sebagai cinderamata khas orang Melayu asal Negeri Istana.
“Terimakasih atas pemberian yang berkesan ini, tanjak Siak dari Indonesia,” kata Presiden Ivan Duque Marquez sambil memperagakan tanjak Siak yang diberikan untuknya saat didaulat memberikan sambutan.
Ucapan terimakasih pemimpin negara berjuluk Los Cafeteros tersebut disambut Alfedri dengan menyilangkan tangan tanda memberi salam sambil berdiri dari kursi tempat duduknya. Kolombia kata Presiden Ivan, memiliki komitmen dan kebudayaan yang sama kuat seperti halnya dengan Siak dalam menjaga dan menghormati alam lingkungan.
Kisah sukses menekan angka kejadian kebakaran hutan dan lahan, serta kemajuan program Siak Hijau yang memukau para peserta konvensi lingkungan hidup dunia itu, membuat Indonesia mendapatkan kepercayaan untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan Tropical Forest Alliance (TFA) Internasional Tahun 2020 mendatang, dengan rencana agenda kunjungan peserta rencana ke Kabupaten Siak untuk melihat implementasi Siak Hijau yang tengah berjalan.
“Insya Allah kita siap menerima kunjungan para pemimpin negara dan pemangku kepentingan, malah saya tadi menawarkan Kota Pekanbaru sebagai tuan rumah, karena juga tidak begitu jauh dari Kabupaten Siak,” ungkap Alfedri.(adv)