FJPI: Siaran Televisi Picu Fela Lelang Keperawanannya

id incest, lelang

FJPI: Siaran Televisi Picu Fela Lelang Keperawanannya

Luzi Diamanda (Antaranews)

Pekanbaru (Antaranews Riau) - Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Provinsi Riau, Luzi Diamanda

mengatakan pemerintah harus menyensor siaran televisi yang penuh "sampah" yang bisa menarik kehidupan

hedonisme memicu Fela gadis Indonesia melelang keperawanannya di Cinderella Escorts, Jerman.

"Kebijakan tersebut ditempuh agar aksi modus traficking baru itu tidak terjadi lagi pada korban gadis

Indonesia lainnya," kata Luzi di Pekanbaru, Selasa.

Pendapat demikian disampaikannya terkait kasus seorang gadis 21 tahun yang mengaku dari Makassar,

Indonesia, bernama Fela dilelang oleh agen Cinderella Escorts bermarkas di Jerman, berhasil terjual senilai 1,2

juta Euro (Rp19 miliar) oleh Politisi Jepang.

Baca juga: Kasus incest terjadi akibat longgarnya kontrol sosial

Menurut Luzi, gaya hidup hedonisme cenderung menafsirkan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan

tujuan hidup dan televisi setiap hari mempertontonkan kenikmatan duniawi, kecantikan, kekayaan dan kepopuleran.

Ia mengatakan, televisi juga menyiarkan setiap hari tentang kesalahan yang lama-lama dianggap biasa, seperti

kasus prostitusi artis yang tidak ada sanksi moral dari masyarakat, bahkan masyarakat menikmati suguhan

tersebut.

"Padahal rumah adalah area pertama anak bersosialisasi, bermasyarakat, belajar tentang salah dan benar,

maka rumah harus steril, serta pemilik rumah (orang tua) harus mampu menyaring mana tontonan yang pantas dan

tidak pantas untuk anak," katanya.

Oleh karena itu, katanya, orang tua harus menerapkan aturan ketat dan jangan kalah oleh rengekan anak,

disamping itu orang tua menjadi tauladan khususnya secara moral, orang tua melakukan yang baik dulu, baru anak

bisa mengikuti. Jangan main perintah, orang tua melakukan lalu anak dilarang, tentu tidak akan mempan.

Selain itu, pendidikan agama harus lebih diperkuat sehingga agama bisa menjadi pondasi anak untuk mereka

bersikap, mengetahui salah dan benar serta mengetahui sorga dan neraka. Tanamkan bahwa yang dikatakan hidup

bukan kemewahan, keglamoran tetapi budi pekerti luhur yang bersahaja.

"Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan kelompok masyarakat bahu membahu mengembangkan moralitas

harus menjadi ukuran dalam setiap sesi kehidupan," katanya.

Baca juga: Pemerhati: Jangan terulang hubungan sedarah yang dilarang agama

Baca juga: Pemerintah diminta usut kasus lelang gadis Indonesia