Pekanbaru,(Antarariau.com) - Petugas gabungan TNI, Polri dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau kesulitan mengevakuasi seekor harimau sumatera dewasa yang terjebak di kawasan pasar Kecamatan Pulau Burung, Kabupaten Indragiri Hilir.
Kepala BBKSDA Riau Suharyono di Pekanbaru, Kamis menjelaskan pihaknya telah melakukan tembakan bius pertama pada Kamis siang tadi dan tepat berhasil mengenai sasaran si kucing belang tersebut.
"Tadi sekitar pukul 13.00 WIB harimau berhasil ditembak dengan dosis yang bisa melumpuhkan selama dua jam," katanya.
Usai tembakan berhasil tepat sasaran, tim yang berjumlah 11 orang terdiri dari gabungan TNI, Polri dan BBKSDA Riau yang sejak Rabu kemarin (14/11) berada di lokasi untuk mengevakuasi harimau tersebut tidak langsung melakukan penangkapan, namun menunggu obat bius tersebut bereaksi terlebih dahulu.
"Biasanya bius bereaksi setengah jam kemudian," ujarnya.
Akan tetapi, diluar ekspektasi petugas, harimau itu justru melarikan diri ketika tim menunggu bius bereaksi. Parahnya, harimau bernama latin Panthera tigris sumatrae itu justru melarikan diri jauh ke dalam lorong rumah toko. Kebanyakan gedung-gedung di pasar tersebut menggunakan tiang penyangga dan menyisakan lorong-lorong untuk menghindari banjir.
"Karena situasi dan lokasi yang tidak memungkinkan untuk evakuasi maka harimau belum bisa dievakuasi,"ujarnya.
Dia mengatakan saat ini tim gabungan masih menyiapkan rencana tembakan kedua dan hingga kini tengah berusaha melakukan evakuasi harimau tersebut.
Dia mengatakan tim yang turut menyertakan petugas medis serta membawa kerangkeng besi itu telah siap untuk menyelamatkan satwa malang tersebut dari kondisi yang tidak menguntungkan itu.
Sebuah kejadian langka terjadi saat seekor harimau dewasa tiba-tiba masuk ke kawasan pasar di Indragiri Hilir, Rabu pagi kemarin.
Haryono menduga bahwa harimau dewasa yang belum diketahui jenis kelaminnya tersebut berasal dari kawasan semak belukar yang berlokasi tidak jauh dari pasar tersebut.
Ia menjelaskan tidak jauh dari kawasan pasar terdapat kawasan semak belukar seluas empat hektare yang selama ini dikenal sebagai salah satu tempat persembunyian harimau.
Akan tetapi, kawasan semak belukar seluas empat hektare itu bukan merupakan tempat yang cukup luas bagi seekor harimau yang memiliki daya jelajah sangat luas.
Selain itu, Haryono juga menduga jika harimau itu tersesat ke pasar akibat kekurangan sumber makanan di habitatnya yang sempit tersebut.
Untuk itu, katanya, individu harimua yang diperkirakan lebih dari satu ekor dan mendiami kawasan semak belukar itu keluar satu persatu. Termasuk diantaranya terjebak di kawasan pasar dan sebelumnya juga pernah sempat menerkam sedikitnya tiga ekor ternak warga di Kecamatan yang sama.
Kabupaten Indragiri Hilir dalam setahun terakhir tidak lepas dari berita kemunculan harimau.
Bonita, harimau betina dewasa mengawali berita kemunculan si raja rimba itu di Indragiri Hilir awal Januari 2018 lalu.
Bonita menjadi perhatian publik setelah proses pencarian dan relokasinya memecah rekor sebagai proses pencarian dan penangkapan terlama di Indonesia.
Butuh waktu tiga bulan sebelum harimau itu benar-benar berhasil ditangkap tim gabungan BBKSDA Riau, TNI dan Polri. Selama proses pencarian itu pula, Bonita telah menewaskan tiga manusia.
Pada September 2018, harimau kembali muncul di Indragiri Hilir yang kala itu menerkam tiga ekor ternak warga.
Pascakejadian, tim gabungan langsung turun untuk memasang perangkap dan kamera pengintai. Tim patroli juga diturunkan namun tak kunjung membuahkan hasil.
Selanjutnya harimau juga tak luput dari pembunuhan. Di Kabupaten Kuantan Singingi, atau kabupaten tetangga Indragiri Hilir pada akhir September 2018 lalu seekor harimau betina dalam keadaan bunting ditemukan mati terjerat.