Jakarta (Antarariau.com) - Bank Indonesia memandang pelemahan rupiah pada perdagangan Selasa ini merupakan dampak eksternal setelah pengumuman dari Presiden AS Donald Trump bahwa AS akan mengenakan bea impor sebesar 10 persen atas barang-barang dari China per 24 September 2018.
Episode baru dari perang dagang antara dua raksasa ekonomi dunia itu menyulut depresiasi pada nilai mata uang di negara berkembang termasuk Indonesia. China juga telah berulang kali menegaskan akan membalas segala tindakan pengenaan bea masuk oleh AS.
"Sentimen itu (perang dagang) yang paling berperan, risiko AS-China telah mengena mata uang negara-negara berkembang," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Selasa.
Nilai bea impor yang akan dikenakan Trump itu senilai 200 miliar dolar AS atau hampir Rp3.000 triliun. Pada awal 2018, terdapat kemungkinan AS akan kembali mengerek bea impor tersebut menjadi 25 persen.
Dampak eksternal dari perang dagang dua negara adikuasa ini merupakan hal yang paling sulit dikalkulasi oleh bank-bank sentral negara berkembang untuk menyusun kebijakan antisipatif guna menjaga stabiltas perekonomian.
Dody berjanji bank sentral akan tetap berada di pasar untuk melakukan intervensi nilai kurs secara terukur.
"Mudah-mudahan tekanannya tidak terlalu besar. Itu adalah salah satu risiko eksternal yang kami lihat dan itu juga kena ke mata uang di emerging markets," ujarnya.
Tekanan dari perang dagang ini juga menjadi salah satu penyulut tekanan eksternal yang akan menerpa nilai rupiah selama sisa tahun ini selain kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS The Federal Reserve.
BI akan melakukan Rapat Dewan Gubernur pada 26-27 September 2018 untuk menentukan kebijakan stabilisasi.
"Kami akan lihat di pekan depan RDG. semua risiko kami lihat dari eksternal dan domestik, tidak ada yang baru dengan proses yang kita lakukan bulan-bulan sebelumnya," ujar dia.
Hingga Selasa (18/9) siang 12.00 WIB, rupiah berada di posisi Rp14.933 per dolar AS atau melemah 0,35 persen (53 poin) dibanding penutupan di hari sebelumnya. Mata uang Garuda sebelumnya dibuka melemah 18 poin atau 0,12 persen di posisi Rp14.898 per dolar AS.
Per Selasa ini, Bank Indonesia mematok kurs tengah di Rp14.908 per dolar AS, melemah 49 poin atau 0,32 persen dari posisi Rp14.859 pada Senin (17/9).