Peringatan Hari Kebangkitan Nasional, Pendirian SMA 1 Pekanbaru Tahun 1957, Tonggak Sejarah Pendidikan Riau

id peringatan, hari kebangkitan, nasional pendirian, sma 1, pekanbaru tahun, 1957 tonggak, sejarah pendidikan riau

 Peringatan Hari Kebangkitan Nasional, Pendirian SMA 1 Pekanbaru Tahun 1957, Tonggak Sejarah Pendidikan Riau

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Enam dekade lalu, pemuda pemudi Riau harus merantau jauh untuk dapat mengenyam pendidikan setingkat SMA. Banyak yang harus merantau sampai Bukittinggi, Padang atau bahkan Medan. Sampai akhirnya pada 1957 berdiri sebuah SMA pertama di Riau, SMA Negeri 1 Pekanbaru. Pendirian sekolah menengah atas pertama ini menjadi saksi tonggak sejarah pendidikan di Provinsi Riau.

Pendidikan telah menjadi fokus program investasi sosial dalam bidang pengembangan sumber daya manusia PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) sejak 1950an. Tepat 8 Oktober 1957, PT CPI, sebagai salah satu insiator pendirian SMA 1, menyerahterimakan gedung sekolah, yang hingga kini merupakan salah satu sekolah favorit di Riau dan terus menghasilkan lulusan berkualitas.

Salah satu lulusan terbaik SMA 1 Pekanbaru adalah Prof. Dr. Ir. Muchtar Ahmad MSc, seorang alumni Angkatan ke-3 SMAN 1 Pekanbaru dan mantan Rektor Universitas Riau. Ketika masih duduk di SMP Pasirpengaraian, Rokan Hulu, beliau tidak memiliki gambaran kemana bakal melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya karena saat itu belum ada sekolah menengah atas adi Riau. Berikut cerita lengkap Prof. Muchtar Ahmad.

Tak Terbayangkan Andai SMAN 1 Belum Berdiri

Tahun 1950an, tamatan SMP di Riau harus "merantau" ke Bukittinggi, atau ke Padang, atau ke Medan jika ingin melanjutkan pendidikannya. Hal itu tentu memakan biaya besar karena selain mengeluarkan biaya sekolah, juga harus menanggung biaya hidup di daerah lain.

"Tapi untung saja, menjelang saya tamat SMP, salah seorang kerabat mengabarkan bahwa di Pekanbaru baru saja berdiri sebuah SMA. Alangkah senang hati saya mendengar kabar tersebut. Saya tak perlu merantau untuk melanjutkan pendidikan ke SMA. Begitu lulus SMP tahun 1961, Saya langsung memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Pekanbaru," tutur Muchtar.

"Saya sangat bersyukur karena akhirnya bisa diterima di sana. Ribuan orang yang ingin mendaftar datang ke Pekanbaru agar bisa bersekolah di SMAN 1 Pekanbaru, sementara daya tampungnya hanya beberapa ratus siswa. Proses penyaringannya sangat ketat karena pendaftarnya tidak dari Riau saja, tapi juga dari Sumatera Barat, Jambi, maupun Sumatera Utara," lanjut Muchtar.

Ketika pertama kali menjadi murid SMAN 1 Pekanbaru, kami para murid diberitahukan bahwa sekolah ini dibangun atas bantuan Chevron (waktu itu masih bernama Caltex). Saya ingat benar dengan kenangan itu, di mana pendidikan masyarakat pribumi mendapatkan perhatian. Padahal, pemerintah sendiri pada waktu itu belum memikirkan untuk mendirikan sekolah setingkat SMA di Pekanbaru.

Sebagian dari lulusan SMA 1 Pekanbaru di masa Prof Muchtar berhasil melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ternama, seperti UGM, Universitas Padjajaran, ITB, dan sebagainya. Padahal, waktu itu usia SMAN I Pekanbaru masih sangat muda. Saya sendiri tamat dari SMAN1 Pekanbaru tahun 1964, lalu melanjutkan pendidikan ke Fakultas Perikanan Universitas Riau. Lalu meraih gelar master di Jepang pada 1974, empat tahun berselang berangkat lagi ke Jepang untuk menempuh studi Doktoral dan selesai tahun 1981, kenang Muchtar.

Pada 1994, Prof Muchtar diangkat menjadi Pembantu Rektor I di Univesitas Riau, dan kemudian pada 1998-2006 menjabat sebagai rektor. "Saya tentu sangat bersyukur dengan segala apa yang telah saya raih. Saya tidak bisa membayangkan seandainya dulu tidak ada SMA di Pekanbaru ketika saya lulus SMP. Karena itu, sudah sewajarnya jika kita memberikan apresiasi yang besar kepada pihak-pihak yang dengan tulus dan ikhlas memberikan sumbangsihnya untuk dunia pendidikan Riau. Semua itu menjadi bukti betapa pentingnya sikap kepedulian kita terhadap dunia pendidikan. Kita harus menyadari dan mengakui bahwa kemajuan suatu bangsa hanya bisa diraih melalui Pendidikan," pungkas Muchtar.

PT CPI merupakan Kontraktor Kontrak Kerja Sama dari Pemerintah Indonesia yang mengoperasikan Blok Rokan di Riau. Dalam mengoperasikan blok migas, PT CPI bekerja di bawah pengawasan dan pengendalian Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas, atau disingkat SKK Migas. Dengan inovasi dan komitmen karyawan yang sangat terampil dan berdedikasi, PT CPI Indonesia menjadi salah satu produsen minyak mentah terbesar di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan energi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Informasi lebih lanjut mengenai Chevron di Indonesia dapat diakses melalui www.chevronindonesia.com<http://www.chevronindonesia.com>.