Pekanbaru, (Antarariau.com) - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mengirim seorang ahli bahasa satwa atau "animal communicator" guna melacak keberadaan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Indragiri Hilir.
"Dia sudah berada di lokasi dan bergabung dengan tim," kata Kepala Bidang Wilayah I BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Mulyo menjelaskan ahli bahasa satwa yang seorang wanita muda tersebut merupakan warga berkebangsaan Kanada. Sang ahli yang dikenal bernama Sakti itu sebelumnya juga sudah mengenal satwa-satwa di Indonesia karena terlebih dahulu aktif bergabung dengan yayasan peduli satwa lokal.
Mulyo menuturkan Sakti bergabung dengan tim dan turut serta melakukan penyisiran harimau sumatera bernama Bonita di sekitar perusahaan perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir.
Selama dua bulan terakhir Bonita terus berkeliaran di areal perkebunan sawit perusahaan Malaysia tersebut. Selama itu pula si raja rimba yang diketahui berjenis kelamin betina dan berusia sekitar empat tahun tersebut menewaskan dua manusia.
Sementara itu, dalam sepekan terakhir, predator tersebut mulai menyingkir meninggalkan kawasan perkebunan dan mulai masuk ke jalur hijau yang diperkirakan memiliki luas sekitar 22 kilometer persegi. Hal itu terjadi ketika tim gagal mengeksekusi predator tersebut saat ditembak bius pada akhir Maret 2018 lalu.
Secara umum, Mulyo mengatakan keberadaan Sakti akan membantu tim melacak posisi Bonita atau harimau lainnya yang meneror warga serta karyawan perusahaan. Upaya itu dilakukan dengan mendengar suara auman harimau. Dari jarak tertentu, kata Mulyo, Sakti dapat membaca posisi harimau tersebut.
"Jadi seperti di 'National Geographic', Sakti akan mendengar auman harimau lalu dia akan berupaya menerjemahkan posisinya, seperti menggunakan gelombang. Ini ilmiah, bukan magic," ujarnya.
Selain mengirim ahli bahasa satwa, Mulyo juga mengatakan tim pencari dan penyelamat Bonita turut menambah personel penembak bius. Saat ini tim gabungan terdiri dari TNI, Polri, dan pemerintah setempat masih terus berusaha melacak, dan menyelamatkan kucing belang tersebut.
Bonita menjadi perbincangan hangat dalam beberapa waktu terakhir setelah menewaskan dua korban. Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.
***3***
Berita Lainnya
Tim Gabungan Lacak Keberadaan Harimau Usai Temukan Jejak Kakinya di PT Seko Indah Inhu
01 June 2018 12:05 WIB
Lacak keberadaan Harimau Pemangsa Manusia, BBKSDA Pasang 17 Kamera Perangkap
09 January 2018 23:25 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB