Jakarta (Antarariau.com) - Pesawat stasiun ruang angkasa China, Tiangong-1, telah jatuh di Samudera Pasifik, menurut badan antariksa China, Senin.
Pesawat ruang angkasa itu kembali memasuki atmosfer bumi pada pukul 00.15 GMT atau 07.15 WIB pada hari Senin di Pasifik Selatan dan sebagian besar dibakar, kata kantor berita Xinhua.
Militer AS mengkonfirmasi kabar tersebut dengan pernyataan dari Joint Force Space Component Command (JFSCC).
Memiliki panjang 10,4 meter (34,1 kaki) Tiangong-1, atau Heavenly Palace 1, diluncurkan pada 2011 untuk melakukan percobaan docking dan orbit sebagai bagian dari program ruang angkasa China yang ambisius, yang bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada 2023, lansir The Guardian.
Awalnya Tiangong-1 direncanakan untuk dinonaktifkan pada tahun 2013 tetapi misinya berulang kali diperpanjang. Akhirnya, pada tahun 2016, pesawat ruang angkasa tersebut telah berhenti berfungsi dan tidak lagi menanggapi kontrol darat.
Pada Desember 2017, China akhirnya membuat pernyataan kepada PBB yang memprediksi bahwa Tiangong-1 akan turun pada akhir Maret 2018.
Pada microblog China, Weibo, pengguna internet mengunggah postingan dengan tagar "Goodbye Tiangong." Beberapa orang berkomentar miring, seperti: "Masuk kembali? Semua orang tahu itu tabrakan." Namun, ada pula yang menulis:" Selamat tinggal Tiangong-1. Kamu adalah pahlawan kita.
Tabloid China Global Times mengatakan pada hari Senin bahwa media di seluruh dunia menggembar-gemborkan tentang masuknya kembali Tiangong-1 yang ,menurut tabloid tersebut, mencerminkan rasa "iri" luar negeri terhadap industri luar angkasa China.
"Itu normal bagi pesawat ruang angkasa untuk masuk kembali ke atmosfer, namun Tiangong-1 menerima banyak perhatian sebagian karena beberapa negara barat mencoba untuk menghebohkan dan menjelek-jelekkan industri kedirgantaraan China yang tumbuh cepat," begitu bunyi tabloid tersebut.
Setahun setelah Tiangong berhenti bekerja, China meluncurkan laboratorium ruang angkasa kedua, Tiangong-2, yang bertujuan untuk menguji kemampuan kehadiran manusia dalam jangka panjang di ruang angkasa, sebagai antisipasi stasiun ruang angkasa permanen yang akan diluncurkan pada 2023.
Surat kabar itu mengatakan bahwa hal ini menjadikan China satu-satunya negara yang dapat membuat orang-orang mengorbit jika International Space Station berhenti bekerja pada 2024.
Dalam hal ini "China akan mengambil posisi dominan dalam melakukan eksperimen ruang angkasa", kata Jiao Weixin, seorang profesor ilmu luar angkasa di Universitas Peking, demikian dilansir dari The Guardian.